Jakarta (ANTARA) - Rupiah pada akhir perdagangan Rabu menurun dipengaruhi data inflasi Amerika Serikat (AS) yang masih jauh dari target sehingga memicu ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS (The Fed) masih akan tetap mempertahankan kebijakan suku bunga acuannya.
"Rupiah masih akan berkonsolidasi dan berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini menantikan keputusan suku bunga acuan AS di Kamis dini hari nanti," kata pengamat pasar uang Ariston Tjendra di Jakarta, Rabu.
Inflasi Indeks Harga Konsumen AS pada November 2023 tercatat sebesar 3,1 persen secara tahunan atau year on year (yoy). Data tersebut menunjukkan bahwa inflasi AS masih sulit turun ke target dua persen.
"Hasil ini bisa mendorong The Fed mempertahankan suku bunga acuannya di level tinggi untuk waktu yang lebih lama dan ini bisa mendorong penguatan dolar AS," ujarnya.
Pada penutupan perdagangan Rabu, rupiah kembali melemah sebesar 40 poin atau 0,25 persen menjadi Rp15.661 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp15.621 per dolar AS. Sementara pada awal perdagangan hari ini, rupiah sempat menguat ke posisi Rp15.606 per dolar AS.
Sedangkan Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Rabu naik ke level Rp15.629 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp15.631 per dolar AS.
Seiring dengan melambatnya inflasi, para pelaku pasar sangat mengharapkan Federal Reserve (The Fed) mempertahankan suku bunga di angka 5,25 hingga 5,5 persen pada Rabu (13/12).
Menurut CME FedWatch Tool, para pedagang saat ini melihat ada peluang 98,5 persen bahwa The Fed akan mempertahankan suku bunga.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah menurun dipengaruhi inflasi AS yang masih jauh dari target