Dia kemudian menyebutkan anak-anak di Gaza sekarat bukan hanya karena serangan udara, tetapi juga karena kurangnya perawatan medis.
“Namun, ancaman terhadap anak-anak lebih dari sekadar bom,” kata Elder, yang menekankan kelangkaan air dan trauma menjadi ancaman lain yang dihadapi di anak-anak di kantong Palestina yang diblokade Israel itu.
Dia memperingatkan bahwa lebih dari satu juta anak Gaza menghadapi krisis air bersih karena produksi air harian Gaza tinggal 5 persen dari kapasitas produksinya.
“Jadi, kematian anak karena dehidrasi, khususnya kematian bayi karena dehidrasi, adalah ancaman yang semakin besar," kata Elder.
Dia mengingatkan ketika pertempuran akhirnya berhenti, kerugian yang harus ditanggung anak-anak dan masyarakat Gaza akan ditanggung oleh generasi mendatang.
Elder menekankan bahwa sebelum konflik ini mulai, lebih dari 800 ribu anak Gaza yang mencakup tiga perempat total populasi anak-anak Palestina, diidentifikasi membutuhkan perawatan kesehatan mental dan dukungan psikologis.
Sejak akhir pekan lalu tentara Israel memperluas serangan udara dan daratnya di Jalur Gaza yang tak henti dibombardir sejak serangan mendadak Hamas pada 7 Oktober.
Lebih dari 10.000 orang tewas dalam konflik di Gaza, termasuk 8.306 warga Palestina dan lebih dari 1.538 warga Israel, dan juga termasuk 3.457 anak-anak Gaza.
Blokade Israel juga telah memutus pasokan bahan bakar, listrik, dan air ke Gaza, serta mengurangi pasokan bantuan hingga tidak mampu memenuhi kebutuhan lebih dari 2 juta warga Palestina di wilayah itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rusia heran Dewan Keamanan PBB tolak gencatan senjata di Gaza