Erick menyampaikan, revitalisasi ini merupakan yang pertama sejak 48 tahun terakhir. Konsep TMII pun berubah total dan kini mencakup empat pilar yakni hijau, cerdas, budaya, dan inklusif.
"Sejak diresmikan pada tahun 1975, TMII belum pernah dilakukan renovasi secara besar-besaran. Untuk itu, saya langsung menginstruksikan kepada Kementerian PUPR untuk dapat melaksanakan revitalisasi fisik TMII yang merupakan salah satu objek vital nasional. Di dalam revitalisasi itu juga melibatkan terdapat Kementerian Sekretariat Negara, dan juga Kementerian BUMN," ujar Erick melalui keterangan tertulis di Jakarta.
Pilar pertama yakni hijau, menghadirkan destinasi wisata yang ramah lingkungan dan menghadirkan area hijau yang lebih luas yakni 70 persen taman dan 30 persen bangunan.
TMII juga menerapkan zona hijau, sehingga kendaraan beremisi hanya diperbolehkan sampai area parkir dan pengunjung dapat berkeliling dengan angkutan berbasis listrik yang telah disediakan.
Kedua, pilar cerdas. Ini berarti TMII menjadi destinasi wisata yang fokus pada pengembangan dan implementasi platform digital, sebagai representasi Indonesia di masa depan.
Kemudian budaya, di mana TMII menjadi destinasi wisata yang merepresentasikan ragam budaya Indonesia.
Itu diwujudkan melalui optimalisasi kegiatan seni dan budaya, dan ragam atraksi di panggung-panggung terbuka atau open space, sehingga pengunjung berkesempatan untuk menyaksikan langsung pagelaran seni dan budaya serta terlibat dan menjadi bagian dari budaya itu sendiri.
Selanjutnya, inklusif yang berarti TMII hadir sebagai destinasi wisata yang terbuka untuk seluruh lapisan masyarakat yang saling bertoleransi dan menghargai budaya.