Jakarta (ANTARA) - Pengamat Pasar Uang Ariston Tjendra mengatakan pelemahan rupiah dipengaruhi pasar yang masih berhati-hati dengan ekspektasi kenaikan suku bunga acuan Amerika Serikat (AS) ke depan.
“Tingkat suku bunga acuan AS yang semakin mendekati suku bunga acuan BI (Bank Indonesia) sedikit banyak bisa mempengaruhi pemilihan investasi para pelaku pasar yang bisa menekan rupiah terhadap dolar AS,” ujar Ariston ketika dihubungi, di Jakarta, Selasa.
Lebih lanjut, ekspektasi kenaikan memang masih lebih kecil dibandingkan ekspektasi jeda kenaikan. Namun, The Fed disebut masih membuka peluang kenaikan berdasarkan data-data ekonomi terbaru yang masuk.
Selain itu, data Purchasing Managers Index (PMI) China versi Caixin yang menunjukkan kontraksi 49,2 pada Juli 2023 dari 50,5 pada Juni 2023 dinilai memberikan sentimen negatif untuk rupiah.
“Di sisi lain, data manufaktur Indonesia masih terlihat dalam fase ekspansi bisa membantu menahan pelemahan,” ujar Ariston.
Sejak September 2021, PMI Manufaktur Indonesia dinyatakan selalu dalam fase pertumbuhan. “Terakhir di bulan Juli angkanya naik menjadi 53,3 dibandingkan bulan sebelumnya 52,5,” katanya lagi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Rupiah melemah karena pasar hati-hati ekspektasi kenaikan suku bunga