Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri mengungkapkan bahwa sosok Marhaen merupakan seorang petani dari Jawa Barat.
Megawati memanggil Marhaen dengan panggilan 'Pak Marhaen' saat menyampaikan pidato politiknya di puncak peringatan Bulan Bung Karno di Stadion Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu.
"Ketika Bung Karno sedang kuliah di Bandung, beliau bertemu dengan Pak Marhaen. Beliau (Bung Karno) bertanya begini; 'Bapak seorang petani, tanah ini punya siapa, punya abdi (saya). Kalau tanaman padi ini punya siapa, punya abdi. Alat- alat cangkul-nya dan sebagainya punya siapa, punya abdi. Kalau sudah dipanen, dijual, uang-nya untuk siapa. Uang-nya untuk abdi," kata Megawati mengenang percakapan Bung Karno dengan Pak Marhaen.
Menurut Megawati, dari percakapan itu, Bunb Karno berkontemplasi panjang. Ia mengatakan semua sudah dimiliki Marhaen.
Pasalnya, Marhaen memiliki lahan dan alat produksi, akan tetapi hidupnya tetap sederhana dan sekadarnya.
Menurut Megawati, dari percakapan itu, Bunb Karno berkontemplasi panjang. Ia mengatakan semua sudah dimiliki Marhaen.
Pasalnya, Marhaen memiliki lahan dan alat produksi, akan tetapi hidupnya tetap sederhana dan sekadarnya.
"Maka, Bung Karno merasa bahwa perjuangan ini harus seperti apa yang dimiliki Pak Marhaen," ujar Megawati.
Dalam mengekstraksi cara berpikir Marhaen, sambung Megawati, Bung Karno melahirkan Pancasila pada 1 Juni 1945.
Dalam mengekstraksi cara berpikir Marhaen, sambung Megawati, Bung Karno melahirkan Pancasila pada 1 Juni 1945.
"Pada waktu yang lalu pun, Pancasila itu sepertinya diredupkan, dipelesetkan. Makanya, harus semua yang namanya anggota PDI Perjuangan belajar lahirnya Pancasila," jelasnya.