New York (ANTARA) - Harga minyak mentah melakukan rebound yang kuat pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), menetap naik lebih dari tiga persen dari penurunan tajam pada sesi sebelumnya, ditopang harapan meningkatnya permintaan bahan bakar setelah bank sentral China menurunkan suku bunga pinjaman jangka pendek untuk pertama kalinya dalam 10 bulan.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juli terangkat 2,30 dolar AS atau 3,43 persen, menjadi menetap di 69,42 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Agustus melonjak 2,45 dolar AS atau 3,41 persen, menjadi ditutup padai 74,29 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
"Harga minyak melakukan comeback hari ini, mungkin didukung oleh data inflasi yang lebih lemah yang dapat membuka pintu bagi akhir siklus pengetatan Fed dan memungkinkan soft landing yang selalu diharapkan," kata Craig Erlam, analis pasar senior di OANDA, pemasok layanan perdagangan daring multi-aset.
Indeks harga konsumen (IHK) AS membukukan pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 4,0 persen pada Mei, level terendah sejak Maret 2021, menurut data yang dikeluarkan oleh Biro Statistik Tenaga Kerja AS pada Selasa (13/6/2023).
Sementara itu, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) memiliki kemungkinan lebih tinggi untuk menghentikan kenaikan suku bunga dalam pertemuan kebijakan moneter dua hari yang dimulai Selasa (13/6/2023).
Sebagian besar pelaku pasar memperkirakan Fed akan membiarkan suku bunga tidak berubah, terutama setelah data menunjukkan harga konsumen AS hampir tidak naik pada Mei.
Rebound harga minyak mungkin juga memiliki dukungan teknis, dengan harga minyak diperdagangkan di sekitar posisi terendah 2023 menjelang rilis data IHK, menurut Erlam.