Jakarta (ANTARA) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat memasuki puncak musim hujan di Indonesia telah terjadi 57 kejadian bencana dalam sepekan antara 30 Januari - 5 Februari 2023.
"Ada 57 kali kejadian, bencana banjir mendominasi 40 persen, cuaca ekstrem, tanah longsor," kata Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data dan Informasi Kebencanan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing yang diikuti daring di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan kejadian bencana, meningkat dibanding sebelumnya yakni 46 kali kejadian.
Dipaparkannya bahwa banjir paling dominan menyebabkan korban meninggal dan penduduk mengungsi. Karena itu, pihaknya mewanti-wanti agar masyarakat waspada dengan potensi bencana hidrometeorologi basah pada akhir Februari hingga awal Maret 2023.
BNPB telah melakukan intervensi potensi bencana hidrometeorologi basah mulai musim Nataru 2022-2023 dengan teknologi modifikasi cuaca (TMC). Hal itu membuat pola perawanan menjadi sedikit berkurang.
"Dan di akhir Januari hingga awal bulan Februari, kita waspadai mungkin puncak musim hujan ini akan ada di minggu kedua, atau ketiga hingga akhir Februari nanti," kata Abdul Muhari.
Sementara, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa setelah musim hujan, Indonesia harus waspada dengan pola kekeringan, atau pola musim kemarau yang kembali ke fase sebelum dipengaruhi oleh La Nina.
Selain itu, bencana gempa bumi di kawasan Bandung, Pangalengan, Garut beberapa waktu lalu menyebabkan kerusakan ringan 442 rumah, meskipun kekuatan tidak besar tetapi pusat gempa sangat dangkal, sehingga dampaknya cukup signifikan.Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengingatkan bahwa kondisi cuaca ekstrem seperti angin kencang, angin puting beliung, dan hujan lebat berdurasi singkat berpotensi terjadi pada masa pancaroba, masa peralihan dari musim penghujan ke musim kemarau.
"Pada Maret, April, Mei 2023, beberapa wilayah di Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara akan mengalami periode transisi sebelum memasuki kemarau pada bulan Juni. Hal yang perlu diwaspadai, fenomena cuaca ekstrem yang sering muncul," kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati di Jakarta, Jumat.
BMKG memprakirakan curah hujan di wilayah Indonesia mulai mengalami penurunan karena fenomena La Nina yang semakin melemah.
Ketika La Nina terjadi, suhu muka laut di Samudra Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya dan kondisi tersebut mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudra Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Berdasarkan hasil pemantauan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur, menurut BMKG, saat ini intensitas La Nina terus melemah.
Fenomena La Nina yang semakin melemah dan menuju netral menyebabkan penurunan curah hujan. Saat curah hujan menurun, titik api berpotensi muncul di hutan maupun lahan.
"Kewaspadaan yang lebih tinggi perlu dilakukan untuk mengantisipasi musim kemarau, yang diprediksi umumnya menunjukkan curah hujan yang berkurang, yang lebih rendah dari tiga tahun terakhir meskipun sifatnya kembali ke normal," kata Dwikorita.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BNPB: 57 kejadian bencana terjadi saat masuki puncak musim hujan