New York (ANTARA) - Harga minyak turun lebih dari empat dolar AS per barel pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), dengan Brent menderita persentase kerugian terbesar dalam dua hari perdagangan pertama tahun ini sejak 1991, karena kekhawatiran permintaan terkait dengan ekonomi global dan meningkatnya kasus COVID-19 di China menghancurkan harga minyak.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari tergelincir 4,09 dolar AS atau 5,3 persen, menjadi menetap di 72,84 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret jatuh 4,26 dolar AS atau 5,2 persen, menjadi ditutup di 77,84 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.
"Minyak mentah diperdagangkan lebih rendah di tengah kekhawatiran seputar COVID-19 China dan The Fed memaksa resesi global... keduanya menuntut peristiwa penghancuran," kata Bob Yawger, direktur energi berjangka di Mizuho di New York.
Data dari China menunjukkan bahwa meskipun tidak ada varian virus corona baru yang ditemukan di sana, negara tersebut kurang merepresentasikan berapa banyak orang yang meninggal dalam wabah baru-baru ini yang menyebar dengan cepat, kata pejabat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Manufaktur AS mengalami kontraksi lebih lanjut pada Desember, turun untuk bulan kedua berturut-turut menjadi 48,4 dari 49,0 pada November, angka terlemah sejak Mei 2020, kata Institute for Supply Management (ISM).
Pada saat yang sama, survei dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan lowongan kerja turun 54.000 menjadi 10,458 juta pada hari terakhir November, meningkatkan kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan menggunakan pasar tenaga kerja yang ketat sebagai alasan untuk mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.