Jakarta (ANTARA) - Sejumlah wilayah Indonesia berpotensi mengalami hujan lebat yang dapat disertai petir dan angin kencang, menurut peringatan dini cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
Dikutip dari situs BMKG di Jakarta, Rabu, terdapat potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah Provinsi Aceh, Bengkulu, Jambi, Riau, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sumatera Utara, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali.
Kondisi serupa juga berpotensi terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat.
BMKG mengemukakan, sirkulasi siklonik terpantau di Laut Natuna Utara, di Samudra Pasifik timur Filipina, dan di Australia bagian utara yang membentuk daerah pertemuan dan perlambatan kecepatan angin (konvergensi) yang memanjang dari Laut Cina Selatan hingga Laut Natuna Utara, dari perairan selatan hingga perairan timur Filipina, dan dari Teluk Carpentaria hingga Australia bagian utara.
Daerah konvergensi juga terpantau memanjang dari Selat Malaka bagian utara hingga Semenanjung Malaysia, dari Lampung hingga Kep. Riau, dari Samudra Hindia selatan Jawa Timur hingga perairan utara Jawa Tengah, dari Kalimantan Selatan hingga Laut Sulawesi bagian barat, dari Sulawesi Tenggara hingga Teluk Tomini, dan dari Papua hingga Laut Arafuru timur Kep. Aru.
Kondisi tersebut, disampaikan BMKG, mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar wilayah sirkulasi siklonik dan di sepanjang daerah konvergensi tersebut.
Khusus untuk wilayah DKI Jakarta, BMKG meminta masyarakat mewaspadai hujan petir disertai angin kencang yang berpotensi terjadi di wilayah Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
BMKG menjelaskan potensi hujan petir itu diperkirakan terjadi dalam durasi yang singkat pada sore hingga malam hari.Untuk pagi hari ini, cuaca di seluruh wilayah DKI hingga Kepulauan Seribu diperkirakan cerah berawan.
Bencana hidrometeorologi
Sebelumnya dilaporkan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat delapan orang meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi basah yang terjadi selama sepekan, 24-30 Oktober 2022.
"Selama sepekan terakhir ada delapan orang yang meninggal dunia akibat bencana," ujar Pelaksana Tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing daring di Jakarta, Senin.
Abdul mengatakan, total 40 orang tercatat meninggal dunia akibat bencana hidrometeorologi basah pada pekan-pekan sebelumnya pada bulan Oktober. Pada pekan pertama tercatat 13 orang meninggal, pekan kedua sebanyak 10 orang, dan pekan ketiga sejumlah tujuh orang.
"Tercatat 67 bencana terjadi di Indonesia selama pekan tersebut. Banjir, cuaca ekstrem, tanah longsor, dan gelombang pasang serta abrasi masih mendominasi dengan jumlah korban terdampak paling tinggi," katanya.
"Kejadian bencana terdapat di 18 provinsi dan 44 kabupaten/kota. Selain korban meninggal dunia, bencana hidrometeorologi basah juga menyebabkan 13.093 rumah terdampak dengan total pengungsi 62 ribu jiwa," katanya.
Distribusi bencana hidrometeorologi basah pada pekan tersebut terjadi di Pulau Jawa, Sulawesi Selatan, dan Sumatera bagian barat dan selatan. "Kejadian bencana yang masih belum surut, rata-rata banjir semuanya sudah surut, kecuali di (Kabupaten) Tanggamus dan Lampung Selatan," ujar Abdul.
Bencana banjir di Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, berdampak cukup signifikan mengakibatkan empat korban jiwa, dua di antaranya adalah anak-anak yang terseret arus waktu bermain di tempat terbuka.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: BMKG: Sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi alami hujan lebat