Dari arus barang yang masuk pun begitu. Ada kenaikan lima persen dibandingkan dengan 2,58 juta ton pada periode Januari sampai Agustus tahun kemarin. Kenaikan produktivitas itu tidak lepas dengan apa yang disebut tingkat "port stay" atau lama kapal berlabuh di pelabuhan.
Aspek ini vital bagi pengguna pelabuhan. Vital bukan saja dalam kerangka bisnis Pelindo dan pengguna pelabuhan, namun juga dalam rangka memacu derap dan geliat ekonomi secara umum di wilayah sekitar pelabuhan.
"Kita ingin peran Pelabuhan Cirebon sebagai pintu gerbang tadi dapat terus ditingkatkan sehingga para pelaku usaha di sekitar Cirebon merasa tidak salah telah berinvestasi di Cirebon dan sekitarnya, merasa tidak salah telah membuka pabrik di sini, karena ada fasilitas fasilitas pendukungnya," kata Tengku, menunjuk Pelabuhan Cirebon yang siap melancarkan proses perdagangan di Ciayumajakuning.
Semua hal itu tercipta berkat paradigma berpikir lebih terbuka yang disebut Tengku sebagai nilai penting dari merger Pelindo yang juga membuatnya menjadi aktif berinteraksi dengan semua pemangku kepentingan.
Itu termasuk mendapatkan masukan bagaimana seharusnya Pelabuhan Cirebon berperan dalam konteks pembangunan ekonomi di wilayah operasionalnya.
Namun itu tak membuat Pelindo Regional 2 Cirebon eksklusif, sebaliknya merger membuat kerja sama antarpelabuhan menjadi lebih mudah dan membantu pelabuhan menjadi semakin berkembang.