Ide ketiga tokoh itu, selain menguasai kancah nasional juga seringkali memantik kontroversi, sehingga menarik perhatian banyak pihak yang pro dan kontra.
Tak jarang saking kontroversi ketiganya, mereka yang tak pernah belajar Islam atau berkuliah di pendidikan umum berani menghujat ketiganya yang jelas-jelas menempuh jalur pendidikan Islam sejak kecil.
Sejarawan Islam
Azyumardi Azra pada akhirnya lebih dikenal sebagai sejarawan Islam yang menekuni kajian di wilayah Asia Tenggara. Ia bahkan dikenal sebagai ilmuwan sosial produktif di Indonesia dengan sitasi di Google Scholar sebanyak 16.853 dan h-index 51.
Sebagai dosen, Azyumardi juga berjasa besar pada transformasi kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) menjadi Universitas Islam Negeri (UIN) yang akhirnya diikuti oleh hampir seluruh IAIN di Indonesia. Berkat jasanya pula kini di kampus Islam terdapat fakultas ilmu umum, seperti kedokteran, pertanian, dan biologi.
Penulis pernah menjadi moderator saat Azyumardi menjadi pembicara pada Rakernas II GEMA Mathla'ul Anwar di BSD pada penghujung 2018. Masih terngiang tiga pesan Azyumardi kepada para kaum pemuda. Pertama, Azra berpesan untuk selalu yakin bahwa Islam wasathiyah atau Islam pertengahan adalah pilihan terbaik untuk hidup percaya diri di tengah bangsa yang majemuk.