Pada Tahun 2019, Ayam IPB D1 telah ditetapkan sebagai rumpun baru ayam lokal pedaging unggul dengan SK No.693/KPTS/PK.230/M/9/2019. Ayam IPB D1 diklaim memiliki kemampuan tumbuh cepat, kualitas daging baik, dan tahan terhadap penyakit Newcastle Disease (ND) dan Salmonella.
Prof Cece melanjutkan, pengembangan ayam IPB D1 sejak tahun 2020 ditargetkan untuk mendapatkan calon galur induk betina IPB D2 (female line). Indukan tersebut diharapkan dapat lebih tahan lagi terhadap penyakit terutama ND. Serta calon galur pejantan IPB D3 (male line) yang lebih cepat tumbuh lagi.
“Dengan demikian, akan menghasilkan ayam IPB D1 upgrade yang lebih unggul, baik dalam ketahanan penyakit, pertumbuhan dan kualitas dagingnya terutama kandungan mineral Fe dan Zn pada dagingnya,” kata Prof Cece.
Prof Cece optimistis, berkembangnya industri pembibitan, pakan serta teknik budidaya ayam lokal diharapkan dapat mengurangi ketergantungan daging maupun telur dari ayam ras yang bibit dan pakannya masih berbasis impor.
Jika itu telah terlaksana merata, kata dia, agribisnis peternakan ayam lokal dapat berkembang dengan baik terutama di pedesaan yang secara langsung akan menggerakkan perekonomian pedesaan.
Tempe koro
Sebelumnya Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mengatakan pemerintah menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai langkah lanjutan terkait penggunaan kacang koro sebagai bahan baku utama pengganti kedelai untuk produk tempe atau tempe kacang koro.
Tempe koro
Sebelumnya Menteri Koperasi dan UKM (MenkopUKM) Teten Masduki mengatakan pemerintah menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) sebagai langkah lanjutan terkait penggunaan kacang koro sebagai bahan baku utama pengganti kedelai untuk produk tempe atau tempe kacang koro.