Meski demikian, kata Prof Irena, mata uang kripto hari ini masih merupakan aset investasi yang spekulatif.
Hal tersebut mengacu pada kondisi natural dari mata uang kripto hari ini yang masih belum stabil dan volatilitas dari nilai mata uang yang cepat justru bisa menimbulkan ketidakpastian bahkan kekacauan.
"Penerapan mata uang digital diharapkan dapat berjalan di seluruh dunia untuk kepentingan dan kesejahteraan bersama," kata Irena.
Pada dasarnya penggunaan teknologi yang berkembang dalam sektor keuangan ini bisa berpotensi mencapai tujuan dari prinsip berkelanjutan.
Baca juga: Bappebti catat aset kripto capai Rp83,8 triliun hingga Februari 2022
Terutama dalam menumbuhkan dan mempromosikan proyek-proyek berbasis pembangunan yang berkelanjutan.
Pada akhirnya, isu-isu seperti perubahan iklim, penumpukan sampah serta masalah lingkungan serta pemerintahan lainnya bisa teratasi dengan baik.
Namun, menurut Irena, hingga hari ini dan beberapa tahun ke depan, penggunaan mata uang digital tidak akan menggantikan secara utuh uang yang ada.
"Orang tidak bisa dipaksa untuk menggunakan mata uang digital. Karena hal tersebut dapat menimbulkan ketidakadilan bagi banyak pihak. Dengan demikian, penggunaan mata uang digital dan mata uang negara-negara perlu digunakan secara bersamaan," kata dia.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul:
Indonesia diprediksi jadi pemimpin ekosistem kripto Asia Tenggara