"Di Kota Bogor, hasil BPS itu empat orang, padahal belum tentu satu rumah isinya empat, karena bisa saja satu rumah ada empat keluarga, dua keluarga," ungkapnya.
Meskipun, kata Rino, kebanyakan padat penduduk berada di daerah pusat kota, potensi wilayah perbatasan yang saat ini belum benar-benar ramai seperti Mulyaharja, jika teknologi saluran air Perumda Tirta Pakuan sampai ke sana menyambut berbagai pembangunan, maka potensi 100 persen masyarakat terlayani secara adminitratif akan terpenuhi dengan menyebar masyarakat dari pusat kota ke wilayah.
Baca juga: PDAM Kota Bogor pastikan air tetap terdistribusi di tengah kebocoran pipa
Pengembangan teknologi saluran air minum di Mulyaharja itu membutuhkan sekitar Rp40 miliar dari teknologi pengolahan hingga penyaluran berupa pipa-pipa utama.
Sisanya, sekitar 20-24 miliar akan digunakan untuk menurunkan faktor kehilangan air akibat kebocoran pipa-pipa saluran utama yang telah ada saat ini dan berumur puluhan tahun.
"Jaringan di Kota Bogor mau kita produksi sebanyak apapun, suka bocor, karena apa, pipa-pipanya udah tua, pipa-pipanya sudah semerawut di bawah, kita mau rapikan nih, supaya kehilangan airnya turun, supaya pengalirannya 24 jam, supaya jumlah pelanggannya naik," jelas Rino.