Houston (ANTARA) - Harga minyak turun tajam pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), karena Presiden Joe Biden mengumumkan rilis terbesar dari Cadangan Minyak Strategis (SPR) AS dan meminta perusahaan-perusahaan minyak untuk meningkatkan pengeboran guna menambah pasokan.
Kontrak berjangka minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Mei kehilangan 7,54 dolar AS atau atau 7,0 persen, menjadi menetap di 100,28 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, setelah menyentuh level terendah 99,66 dolar AS.
Baca juga: Harga minyak turun karena AS pertimbangkan rekor lepas cadangan strategis
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei tergelincir 5,54 dolar AS atau 4,9 persen, menjadi ditutup pada 107,91 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak berjangka Juni yang lebih aktif diperdagangkan turun 5,6 persen pada 105,16 dolar AS per barel, setelah jatuh 7,0 dolar AS di awal sesi.
Kedua kontrak acuan tersebut membukukan persentase kenaikan kuartalan tertinggi sejak kuartal kedua 2020, dengan Brent melonjak 38 persen, dan WTI melambung 34 persen, didorong terutama setelah invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari yang disebut Moskow sebagai "Operasi Militer Khusus."
"Ini adalah pasar di mana setiap barel diperhitungkan dan (pelepasan SPR) adalah volume minyak yang signifikan ditempatkan di pasar untuk jangka waktu yang lama," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC.