"Pedagang sedang menunggu lebih banyak petunjuk dari pembicaraan gencatan senjata setelah aksi jual dua hari di pasar minyak, tetapi harga minyak mentah mungkin terus berada di bawah tekanan karena inflasi yang tinggi pada akhirnya akan menyeret pertumbuhan ekonomi dan melemahkan permintaan," kata Tina Teng, seorang analis di CMC Markets.
Dolar AS yang kuat adalah elemen kunci yang memberikan tekanan pada harga minyak dan investor memperkirakan Federal Reserve AS untuk mengadopsi kebijakan moneter yang lebih hawkish untuk mengekang inflasi yang melebar, katanya.
Baca juga: Harga minyak jatuh dipicu harapan negosiasi Rusia-Ukraina, penguncian China
Analis memperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga acuannya seperempat poin persentase pada akhir pertemuan kebijakan dua hari pada Rabu waktu setempat untuk melawan inflasi yang melonjak.
Kenaikan suku bunga akan memperkuat dolar AS dan mengurangi permintaan minyak, karena greenback yang lebih kuat membuatnya lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.
Minyak telah menetap di bawah 100 dolar AS pada Selasa (15/3/2022), pertama kalinya sejak akhir Februari.