New York (ANTARA) - Harga minyak melonjak lebih dari tujuh persen ke level tertinggi sejak 2014 pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), karena kesepakatan global untuk melepaskan cadangan minyak mentah gagal menenangkan kekhawatiran tentang gangguan pasokan dari invasi Rusia ke Ukraina, dan malah menggarisbawahi kekhawatiran kekurangan energi.
Anggota Badan Energi Internasional (IEA), yang meliputi Amerika Serikat dan Jepang, setuju untuk melepaskan 60 juta barel minyak mentah dari cadangan mereka untuk mencoba meredam kenaikan tajam harga yang mendorong harga acuan utama melewati 100 dolar AS per barel.
Baca juga: Minyak melonjak karena konflik Ukraina picu kekhawatiran pasokan
Namun, berita tentang rilis itu -- setara dengan konsumsi minyak dunia selama kurang dari satu hari -- hanya menggarisbawahi ketakutan pasar bahwa pasokan tidak akan cukup untuk menutupi gangguan energi yang meningkat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melonjak 7,00 dolar AS atau 7,1 persen, menjadi menetap di 104,97 dolar AS per barel, penutupan tertinggi sejak Agustus 2014.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April terangkat 7,69 dolar AS atau 8,0 persen, menjadi ditutup di 103,41 dolar AS per barel. Itu adalah penutupan tertinggi sejak Juli 2014 dan persentase kenaikan harian terbesar sejak November 2020.