New York (ANTARA) - Harga minyak menguat pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), memperpanjang kenaikan bahkan setelah produsen OPEC+ bertahan pada kenaikan target produksi yang disepakati untuk Februari dan persediaan bahan bakar AS melonjak karena penurunan permintaan di tengah melonjaknya kasus COVID-19.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret, naik 80 sen atau 1,0 persen menjadi menetap di 80,80 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Februari, ditutup naik 86 sen atau 1,1 persen menjadi 77,85 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Pasar memangkas kenaikan pada sore hari setelah rilis risalah dari pertemuan Federal Reserve AS terbaru menunjukkan pembuat kebijakan mungkin harus menaikkan suku bunga lebih cepat daripada yang diantisipasi pasar. Minyak turun, mengikuti aset-aset berisiko lainnya seperti saham.
Baca juga: Harga minyak naik di 80 dolar, OPEC+ tetap dengan rencana kenaikan produksi
Persediaan minyak mentah AS turun 2,1 juta barel, sebagian karena insentif pajak bagi produsen untuk mengurangi persediaan sebelum akhir tahun.
Namun, persediaan bensin melonjak lebih dari 10 juta barel, dan stok sulingan naik 4,4 juta barel. Analis mengutip permintaan yang lemah selama minggu terakhir tahun 2021 karena orang-orang menahan diri untuk bepergian di tengah varian virus corona Omicron yang menyebar dengan cepat.
Amerika Serikat melaporkan hampir 1 juta infeksi baru virus corona pada Senin (3/1/2022), penghitungan harian tertinggi dari negara mana pun di dunia dan hampir dua kali lipat dari puncak AS sebelumnya yang ditetapkan seminggu sebelumnya.