Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Budidaya larva lalat, maggot, dikenal juga dengan istilah black soldier fly (BSF), sebagai pakan ikan dan unggas, menjadi solusi untuk membangkitkan ekonomi dan pendapatan warga desa di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat saat pandemi COVID-19 karena selain mudah untuk pengembangbiakan juga permintaan pasar cukup tinggi.
"Kami menyambut baik dengan adanya pelatihan budidaya maggot ini, karena bisa langsung dicoba dan dikembangkan warga serta ini menjadi solusi untuk kembali membangkitkan perekonomian," kata Kepala Desa Cibentang, Kecamatan Gunungguruh, Firman Hilmansyah di Sukabumi, Jumat, mengenai pelatihan pengembangbiakan maggot oleh Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) setempat.
Pelatihan yang diikuti 30 warga Desa Gunungguruh, pembudidaya menjelaskan kemudahan dan keuntungan budidaya maggot, bahkan siapapun bisa mencoba mempraktikkan langsung asalkan ada kemauan.
Modal awal untuk memulai usaha ini sangat terjangkau, calon pembudidaya hanya membeli telur lalat BSF dan membuat media penetasan sekaligus pengembangbiakan dari limbah kayu.
Untuk pemeliharaannya pun tidak rumit setelah 10 hari telur akan menetas dan menjadi larva. Sementara, untuk pakannya pun berupa sampah organik seperti bagian sayuran tidak dikonsumsi, kulit buah-buahan maupun sayuran dan buah yang sudah busuk.
Setelah beberapa hari larva akan menjadi prepupa dan di fase ini warga sudah bisa memanennya dan dijual. Selanjutnya, jika ingin mengembangkan indukan biarkan pupa menjadi lalat dewasa dan dengan sendirinya akan kawin dan telurnya biasanya menempel pada kain.
Budidaya maggot ini hampir tidak ada risiko asalkan fokus dan telaten. Permintaan pasar pun terus meningkat sehingga ini menjadi peluang usaha untuk meningkatkan pendapatan keluarga. Biasanya maggot ini digunakan untuk pembuatan bahan baku pakan ikan dan unggas.
Keuntungan lainnya dari budidaya maggot, karena pakan utamanya adalah sampah organik maka bisa mengurangi volume sampah. Jika dikembangkan secara besar-besaran di desa tentu bisa mendokrak perekonomian, sebab sampah organik bisa dijadikan pakan untuk maggot sementara sampah non-organik bisa didaur ulang.
Firman mengatakan program pemberdayaan masyarakat ini tentunya akan dijalankan yang anggarannya berasal dari dana desa. Kondisi pandemi tentunya berdampak kepada dunia usaha dan lapangan pekerjaan, untukn solusinya adalah berwirausaha salah satunya dengan budidaya maggot.
Ketua PK Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kecamatan Gunungguruh yang juga pelatih pada kegiatan ini Sayid Agil mengatakan tidak ingin pelatihan ini hanya sebatas seremonial saja, tetapi peserta yang ikut harus bisa mencobanya, tentu pihaknya juga turut membantu untuk menyediakan telur Lalat BSF, media budidaya hingga pemasaran.
"Kami juga tetap memberikan pendampingan kepada calon pembudidaya Lalat BSD hingga menjadi maggot dan dipanen. Untuk pemasarannya bisa memanfaatkan media sosial maupun marketplace atau bisa dijual secara offline karena peminatnya tidak hanya dari dalam Sukabumi tetapi dari luar pun banyak sehingga tidak sulit memasarkannya," katanya.
Baca juga: Koperasi produsen pegiat maggot Bekasi diresmikan
Baca juga: Pemkot Bekasi bentuk koperasi pegiat maggot
Baca juga: Petani maggot di Bekasi raup omzet Rp12 juta sebulan