Jakarta (ANTARA) - Juru Bicara Pemerintah dan Duta Adaptasi Kebiasaan Baru dr Reisa Broto Asmoro mengatakan Amerika Serikat dan sejumlah negara di Eropa hendaknya dijadikan bahan pembelajaran untuk melihat kasus gelombang ketiga COVID-19 yang dapat terjadi di Indonesia.
Mengutip pernyataan dr Maria Van Kekrhove dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Reisa menyebut pola kenaikan angka kasus tersebut sepenuhnya dapat diprediksi saat masyarakat menghilangkan langkah pencegahan COVID-19.
"Pola yang kita lihat di seluruh dunia sepenuhnya dapat diprediksi karena ketika kita menghilangkan langkah-langkah pencegahan dan tidak lagi mengikuti panduan PPKM atau panduan kesehatan masyarakat dan aktivitas sosial WHO," kata dia saat memberikan keterangan pers di Kantor Presiden yang diikuti secara daring dari Jakarta, Jumat.
Ia menyebut lonjakan kasus COVID-19 terjadi saat warga lengah seputar penggunaan masker dan menjaga jarak, dan tidak lagi memperhatikan ventilasi, serta tidak lagi menghindari keramaian.
Ia juga mengatakan varian baru terus ada selama masyarakat masih meningkatkan mobilitas sosial, namun cakupan vaksinasi belum 100 persen.
"Maka kita akan melihat virus berkembang dan itulah yang terjadi saat ini di Amerika dan Eropa," ujar Reisa.
Ia mengatakan negara-negara tersebut tengah mengalami lonjakan kasus, meski angka cakupan vaksinasi COVID-19 telah tinggi.
Kasus COVID-19 melonjak di sejumlah negara bagian di Amerika Serikat serta sejumlah negara di Eropa, seperti Jerman, Prancis, dan Belanda.
Baca juga: Kemenkes upayakan 60 persen penduduk terima dosis pertama November ini
Baca juga: Garut antisipasi gelombang ketiga penularan COVID-19 dengan minimalkan mobilitas
Kasus COVID-19 di AS-Eropa bisa jadi pembelajaran adanya gelombang ketiga
Sabtu, 20 November 2021 7:32 WIB