Tren kenaikan kasus COVID-19 harus diwaspadai
Kamis, 18 November 2021 10:41 WIB
Jakarta (ANTARA) - Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny G. Plate mengatakan saat ini kenaikan kasus mulai terjadi di beberapa daerah di Indonesia sehingga masyarakat diminta untuk berhati-hati dan mewaspadai kenaikan kasus COVID-19.
"Pemerintah mengajak masyarakat untuk tidak lengah dan tahan kenaikan kasus yang terjadi. Ayo kita turunkan kasus COVID-19. Kira harus bisa menahan lagu kenaikan ini sebelum menjadi parah," ujar Johnny dikutip pada Kamis.
Johnny juga menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo telah meminta pengawasan terhadap daerah yang mengalami tren kenaikan kasus konfirmasi untuk terus diperketat.
Berdasarkan laporan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, penambahan kasus positif mencapai 347 pasien hingga Selasa (16/11). Dengan demikian, total kasus COVID-19 di Indonesia secara kumulatif sejak 2 Maret 2020 menjadi 4.251.423 kasus.
Sehari sebelumnya yaitu pada Senin (15/11), kasus positif harian juga bertambah sebanyak 221 orang. Dengan demikian, ada penambahan sebanyak 126 orang positif COVID-19 dari Senin hingga Selasa.
Menkominfo juga menambahkan, kasus baru COVID-19 di Indonesia yang mengalami kenaikan dibarengi dengan bertambahnya jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Pada Selasa (16/11), terdapat penambahan 19 pasien COVID-19 yang masuk Wisma Atlet sehingga kini rumah sakit darurat itu menampung total 215 pasien.
Masih menurut Johnny, kenaikan kasus COVID-19 itu dibarengi dengan peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit rujukan di Jawa-Bali.
"Jangan anggap remeh setiap kenaikan kasus, jangan tunggu besar baru bertindak. Mari kita semua awasi. Tahan kenaikan kasus dengan jaga protokol kesehatan," kata Johnny.
Sementara itu, Epidemiolog Kamaluddin Latief menilai kenaikan kasus di tanah air terjadi karena tingkat kepatuhan terhadap protokol yang mulai menurun.
Di saat yang sama, ada peningkatan mobilitas antar wilayah maupun di dalam wilayah sendiri. Data kasus harian yang melandai, menurutnya membuat banyak orang merasa COVID-19 sudah hilang.
"Hal ini yang selalu diingatkan epidemiolog bahwa pandemi belum usai dan ancaman gelombang ke-3 ada didepan mata dengan tren kasus di banyak negara maupun meluasnya varian delta," ujar Kamal.
Kamal berpendapat, cara paling ampuh untuk menekan kasus adalah dengan mematuhi protokol kesehatan, meningkatkan cakupan vaksinasi. Menurutnya, jika tren kasus masih naik bahkan hingga tak terkendali, maka pembatasan mobilitas harus dilakukan, terutama saat libur panjang.
"Tentu hal tersebut keputusan yang tidak populis tapi mesti diambil untuk melindungi masyarakat kita," kata Kamal.
Baca juga: Tren kenaikan COVID-19 terjadi di 43 wilayah Jawa-Bali
Baca juga: Klaster anak sumbang kenaikan kasus COVID-19 Kota Bekasi
Baca juga: Menko Airlangga: Terjadi tren kenaikan kasus aktif COVID-19 usai Lebaran
"Pemerintah mengajak masyarakat untuk tidak lengah dan tahan kenaikan kasus yang terjadi. Ayo kita turunkan kasus COVID-19. Kira harus bisa menahan lagu kenaikan ini sebelum menjadi parah," ujar Johnny dikutip pada Kamis.
Johnny juga menyampaikan bahwa Presiden Joko Widodo telah meminta pengawasan terhadap daerah yang mengalami tren kenaikan kasus konfirmasi untuk terus diperketat.
Berdasarkan laporan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19, penambahan kasus positif mencapai 347 pasien hingga Selasa (16/11). Dengan demikian, total kasus COVID-19 di Indonesia secara kumulatif sejak 2 Maret 2020 menjadi 4.251.423 kasus.
Sehari sebelumnya yaitu pada Senin (15/11), kasus positif harian juga bertambah sebanyak 221 orang. Dengan demikian, ada penambahan sebanyak 126 orang positif COVID-19 dari Senin hingga Selasa.
Menkominfo juga menambahkan, kasus baru COVID-19 di Indonesia yang mengalami kenaikan dibarengi dengan bertambahnya jumlah pasien yang dirawat di Rumah Sakit Darurat (RSD) COVID-19 Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta.
Pada Selasa (16/11), terdapat penambahan 19 pasien COVID-19 yang masuk Wisma Atlet sehingga kini rumah sakit darurat itu menampung total 215 pasien.
Masih menurut Johnny, kenaikan kasus COVID-19 itu dibarengi dengan peningkatan Bed Occupancy Rate (BOR) di rumah sakit rujukan di Jawa-Bali.
"Jangan anggap remeh setiap kenaikan kasus, jangan tunggu besar baru bertindak. Mari kita semua awasi. Tahan kenaikan kasus dengan jaga protokol kesehatan," kata Johnny.
Sementara itu, Epidemiolog Kamaluddin Latief menilai kenaikan kasus di tanah air terjadi karena tingkat kepatuhan terhadap protokol yang mulai menurun.
Di saat yang sama, ada peningkatan mobilitas antar wilayah maupun di dalam wilayah sendiri. Data kasus harian yang melandai, menurutnya membuat banyak orang merasa COVID-19 sudah hilang.
"Hal ini yang selalu diingatkan epidemiolog bahwa pandemi belum usai dan ancaman gelombang ke-3 ada didepan mata dengan tren kasus di banyak negara maupun meluasnya varian delta," ujar Kamal.
Kamal berpendapat, cara paling ampuh untuk menekan kasus adalah dengan mematuhi protokol kesehatan, meningkatkan cakupan vaksinasi. Menurutnya, jika tren kasus masih naik bahkan hingga tak terkendali, maka pembatasan mobilitas harus dilakukan, terutama saat libur panjang.
"Tentu hal tersebut keputusan yang tidak populis tapi mesti diambil untuk melindungi masyarakat kita," kata Kamal.
Baca juga: Tren kenaikan COVID-19 terjadi di 43 wilayah Jawa-Bali
Baca juga: Klaster anak sumbang kenaikan kasus COVID-19 Kota Bekasi
Baca juga: Menko Airlangga: Terjadi tren kenaikan kasus aktif COVID-19 usai Lebaran