Jakarta (ANTARA) - Direktur Pengaturan Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Edi Broto Suwarno mengatakan, tren pertumbuhan pasar modal nasional masih akan berlanjut pada 2022, salah satunya didorong oleh meningkatnya korporasi atau UMKM yang memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan usaha.
"Di sektor pasar modal sendiri, kami melihat tren penguatan ISHG, ini diperkirakan akan terus berlanjut. Sementara, pemanfaatan pasar modal sebagai sumber pendanaan akan terus meningkat. Hal ini dipicu oleh kebutuhan korporasi maupun UMKM terhadap sumber-sumber pembiayaan di pasar modal," ujar Edi dalam keterangan di Jakarta, Sabtu.
Kemudian, pasar modal Indonesia pada tahun depan juga akan diramaikan dengan melantainya perusahaan-perusahaan rintisan berstatus unicorn yang bergerak di bidang teknologi. Antusiasme masyarakat pada perusahaan teknologi bisa dilihat dari penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) Bukalapak pada Agustus lalu.
Pada tahun depan, entitas hasil konsolidasi antara Gojek dan Tokopedia, Go To juga berencana akan melakukan IPO.
"Antusiasime ini tentunya akan berdampak positif pada pasar modal tahun depan," kata Edi.
Meskipun demikian, Edi juga mengingatkan agar setiap investor memperhatikan tantangan global pada 2022 mendatang. Adapun tantangan-tantangan tersebut adalah pemulihan ekonomi global maupun domestik yang diliputi ketidakpastian dan potensi terjadinya gelombang ketiga varian COVID-19.
Selain itu, masih ada risiko kejadian global yang tidak terduga seperti krisis energi maupun kasus Evergrande yang memperlambat perekonomian Tiongkok, serta normalisasi kebijakan moneter atau tapering off Bank Sentral AS The Fed yang kemungkinan akan dimulai pada 2021.
Sementara itu, Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Bursa Efek Indonesia (BEI) Verdi Ikhwan pun menyebut, proyeksi analis sendiri untuk IHSG bisa tembus ke angka 7.000.
Ia mengungkapkan, IHSG sempat tembus ke level 6.643 pada 21 Oktober 2021. Angka ini, lanjut dia, sedikit lagi akan mencapai rekor sepanjang sejarah pasar modal Indonesia yaitu di angka 6.689 yang dicapai pada Februari 2018.
"Jadi mudah-mudahan melihat kondisi sekarang, kita, ada analis bisa tembus sampai 7.000," ujar Verdi.
Menurut dia, 2021 tampaknya menjadi tahun di mana perusahaan-perusahaan semakin tertarik untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO).
BEI sendiri mencatat sudah ada 38 perusahaan baru yang melantai di bursa saham hingga September 2021 dan masih ada beberapa perusahaan yang menargetkan IPO hingga akhir 2021.
Ia berharap jumlah perusahaan yang IPO pada 2021 bisa melebihi dari tahun lalu.
"Pada 2021 sampai September, sudah ada 38 perusahaan baru yang tercatat di BEI. Di pipeline masih ada sekitar 21 - 27. Kita berharap sampai akhir tahun bisa tembus diatas 50 dan melebihi pencapaian kita di 2020," kata Verdi.
BEI mencatat jumlah dana pasar modal yang dihimpun pada 2021 juga melonjak cukup tajam jika dibandingkan 2020. Jika tahun lalu dana yang dihimpun mencapai Rp5 triliun, saat ini dana yang terkumpul dari penawaran saham perdana sudah menembus lebih dari Rp30 triliun.
Hal itu tidak lepas dari aksi korporasi perusahaan besar seperti Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan IPO perusahaan teknologi seperti Bukalapak.
Lebih jauh, ketertarikan korporasi memanfaatkan pasar modal sebagai sumber pembiayaan juga tidak lepas dari jumlah investor yang terus bertambah.
BEI mencatat hingga September 2021, jumlah investor di pasar modal Indonesia sudah bertambah sebanyak 6,4 juta. Angka ini meningkat 65,74 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya.
Baca juga: BEI catat jumlah IPO di Indonesia 2021 tertinggi se-ASEAN
Baca juga: BEI bidik transaksi harian meningkat jadi Rp13,5 triliun pada 2022