Cirebon, 4/4 (ANTARA) - Petikan gitar tunggal "melodi" dengan lantunan lagu-lagu Sumatera Selatan, khususnya dari Kabupaten Lahat menggema dalam suatu acara pernikahan adat Palembang di gedung Pertemuan Pertamina, Cirebon, Jawa Barat, awal April 2011.
Dengan gaya duduk di hadapan tamu undangan, laki-laki itu tampak tenggelam dengan syair lagu berupa untaian-untaian pantun dengan bahasa khas Lahat.
Lagu maupun petikan gitar tersebut boleh jadi baru pertama kali terdengar oleh para undangan selain warga asal Sumatera Selatan.
"Saya tetap fokus terhadap petikan gitar melodi, kendati orang lain tidak mengerti bahasa maupun nada gitar, tetapi saya yakin bahasa seni adalah universal," tutur Arman Gumai seniman asal Lahat tersebut menjelaskan.
Karena keyakinannya itulah, maka seorang Arman Gumai paling tidak sudah menginjakkan kakinya di negeri Belanda dan Jerman pada tahun 1997 dalam kegiatan kebudayaan mewakili Sumatera Selatan.
"Orang Belanda dan Jerman ternyata manggut-manggut dan tepuk tangan sehabis saya melantunkan lagu dari daerah Lahat," katanya.
Selain mengisi berbagai acara kesenian di kota-kota di Indonesia seperti Medan, Pekanbaru dan Denpasar, ia secara rutin mengisi acara kesenian di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan pernah menghibur undangan di Istana Keperesidenan tahun 1995.
"Saya akan tetap melestarikan budaya darah, walaupun disebut ketinggalan zaman karena gitar dan lagu tersebut terbukti membawa kebahagiaan tersendiri paling tidak buat saya dan keluarga dan daerah," katanya.
Laki-laki yang lahir 2 Peruari 1968 di Desa Talang Sejemput, Kecamatan Pulau Pinang, Lahat itu, mengaku telah menggandrungi gitar tuggal sejak masih duduk di kelas lima SD.
Ia menuturkan, kegemarannnya main gitar tunggal yang hanya memainkan semacan melodi tersebut lantaran kesedihannya karena kesulitan ekonomi yang menerpa keluarganya.
Dia mengaku anak pertama dari delapan bersaudara. "Orang tua saya adalah guru SD. Dulu yang namanya guru SD tersebut gaji sangat kecil, berbeda dengan sekarang," katanya sambil mengenang masa kecilnya hingga remaja.
"Saya selalu mengekspresikan kesedihan saya lewat lagu-lagu daerah dan ternyata lama-kelamaan menjadi hobi," kata putra Rahmad Ali dan Sahimah tersebut.
Contoh lagu yang dibawakannya adalah dengan judul "Li Bagian," atau Karena suratan. "Bebuah la jambu aik, dikde bebuah la jambu saje, betua badan gi balik, dikde betua la nanggung saje," artinya, "Berbuah jabu air, tidak berbuah jambu saja, beruntung seseorang masih pulang. Kalau tidak beruntung berarti menderita."
Contoh lain, "Kalu pandan jauh di darat, di dalam kebun dikde bebunge. Sangkan badan jauh merantau, di dalam dusun dik begune." artinya, kira-kira "Kalau pandan tumbuh di daratan karena di kebun tidak berbunga. Apabila ada seseorang merantau jauh, karena ia di dalam dusun tidak ada kegiatan/tidak berguna."
Demikianlah, lagu-lagu Arman Gumai yang sampai sekarang sudah ada delapan lagu yang masuk pita rekaman yang diciptakan dengan aransemen sendiri.
Melodi
Mengenai gitar tunggal hanya memainkan melodi, ia mengaku prinsipnya masih mengikuti not yang ada pada gitar untuk menimbulkan suara yang tepat.
Ia melantunkan lagu-lagu daerah tersebut juga ada bakat turunan dari ibunya Sahimah yang juga gemar memainkan gitar tunggal melodi.
Di pihak lain, Arman Gumai yang selalu memenangkan festival lagu-lagu "Batang Hari Sembilan," di Sumatera Selatan itu, kini ia hanya diperkenankan menjadi juri dalam festival tersebut.
"Saya selalu menang dalam festival, karena itu saya sekarang hanya boleh menjadi juri," katanya.
Arman yang kini sebagai pegawai di kantor Dinas Pekerjaan Umum Lahat itu, bertekad melestarikan dan mengembangkan lagu-lagu daerah, khususnya Kabupaten Lahat.
Salah seorang kerabat dekat Arman, Rizal Muslim (38) mengaku salah seorang yang selalu mendorong agar Arman terus berkarya.
"Anak-anak sekarang lebih kenal lagu-lagu asing. Kebetulan Arman sangat konsen dengan lagu-lagu daerah, khususnya daerah Lahat dan saya selalu mendorong dia," katanya.
Karena itu pula, Rizal mengajak Arman untuk tampil di hajatan pernikahan salah seorang warga Sumatera Selatan di Cirebon.
Menurut Rizal yang juga aktif sebagai jurnalis tersebut, seniman daerah seperti Arman Gumai di Lahat bisa dihitung dengan jari.
Padahal seni daerah tersebut tidak boleh hilang termasuk gitar tunggal melodi juga jangan sampai ada modifikasi. Biarlah gitar tunggal melodi itu apa adanya, katanya.
Sekarang Arman Gumai tampaknya benar-benar ingin melestarikan budaya daerah Lahat tersebut karena salah satu anaknya yang masih duduk di kelas VI SD juga sudah pandai main gitar tunggal dan menggemarinya," kata Rizal.
"Alhamdulillah, putri saya bernama Tara Selambya saat ini duduk di kelas VI sudah pandai main gitar tunggal. Mungkin ia akan jadi penerus saya," kata Arman Gumai. ***6***
(T.Y003/B/Z002/Z002)