Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Kota Bogor mengajak IPB University dan Universitas Pakuan (Unpak) Bogor meneliti lebih jauh penemuan saluran air kuno di Jalan Nyi Raja Permas Kota Bogor yang diduga dibangun pada zaman kolonial Belanda.
Wali Kota Bogor, Bima Arya, di Kota Bogor, Selasa, mengatakan saluran air kuno tersebut ditemukan ketika dilakukan pekerjaan perbaikan saluran irigasi di sekitar lokasi lahan yang sedang dibangun Alun-alun Kota Bogor.
Menurut Bima, berdasarkan hasil pengecekan petugas dari Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), saluran air dengan kedalaman sekitar tiga meter itu, diduga adalah infrastruktur yang dibangun pada zaman kolonial Belanda.
Karena lokasi penemuan saluran air kuno tersebut sejajar dengan bangunan Stasiun Bogor, yang tertulis dibangun tahun 1881. Bima Arya menyatakan, akan mengajak IPB University dan Universitas Pakuan Bogor untuk meneliti lebih jauh penemuan saluran air tersebut.
"Setelah dilakukan pengecekan dokumen di dinas terkait, memang ada peta saluran air bawah tanah yang dibangun pada zaman Belanda,” katanya.
Menurut Bima, perlunya dilakukan penelitian lebih jauh, untuk memastikan fungsi saluran air tersebut, apakah hanya sebagai saluran air atau memiliki fungsi lainnya.
"Saya telah berkomunikasi dengan IPB University dan Unpak (Universitas Pakuan), untuk mendeteksi luas dan panjang saluran air itu menggunakan alat pendukung," katanya.
Bima Arya juga menyatakan, dengan meneliti lebih jauh, agar dapat diketahui apakah saluran air kuno itu masih memungkinkan untuk direvitalisasi dan digunakan kembali.
Bima juga menyebut, Kota Bogor tahun 2016 sudah membuat rencana induk drainase dan perbaikannya dilakukan secara bertahap. Dengan penemuan saluran air kuno tersebut, maka harus disesuaikan dengan rencana induk drainase Kota Bogor.
Lokasi penemuan saluran air kuno itu, di Jalan Nyi Raja Permas, termasuk dalam kawasan yang akan ditata saluran airnya untuk pembangunan Alun-alun, Masjid Agung, dan pengembangan Stasiun Bogor.
"Jadi, otomatis drainasenya harus rapi. Saya ingin sedimentasinya digali dan dikeruk secara bertahap sampai sejauh mana. Apakah bisa difungsikan kembali," katanya.
Bima Arya yang mendatangi lokasi penemuan salun air di bawah tanah tersebut di Jalan Nyi Raja Permas, pada Sabtu (28/8), sempat turun ke bawah menggunakan tangga aluminium dan melihat terowongannya, tapi sebagian tertutup air.
Bima juga sempat mengecak sedimentasinya menggunakan linggis, dan menyatakan ada endapan tanah dan lumpur sekitar 80 cm. Saluran air kuno itu berada sekitar tiga meter dari permukaan tanah saat ini.
Bima juga menyebut, struktur bangunan saluran air bawah tanah yang ditemukan itu ada kemiripan dengan saluran air kuno yang ditemukan di Sukabumi, Bekasi dan Klaten.
Baca juga: SISTEM DRAINASE KOTA BOGOR TIDAK BERFUNGSI BAIK