Jakarta (ANTARA) - Akademisi dan pengamat otomotif dari Institut Teknologi Bandung Yannes Martinus, menilai bahwa pemanfaatan ruang digital untuk penjualan dan pengenalan produk maupun teknologi otomotif sudah menuju optimal.
Kendati demikian, Yannes berpendapat bahwa masyarakat Indonesia masih memerlukan waktu adaptasi terkait pemanfaatan ruang digital untuk otomotif.
"Menuju optimal. Karena sebenarnya enggak secepat itu orang bisa beradaptasi terhadap sesuatu yang baru," kata Yannes saat dihubungi ANTARA, Kamis.
Menurut Yannes, tantangan yang saat ini dihadapi perusahaan sektor otomotif ketika menjual mobil secara digital adalah pengalaman interaksi antara marketing perusahaan dengan calon konsumen.
Karakter orang Indonesia saat akan membeli barang yang dinilai mahal cenderung ingin melihat barangnya secara langsung.
"Secara daring ini paling hanya bisa memberikan informasi-informasi yang sifatnya visual. Tapi, orang naik mobil tetap mau ada in-touch, test driver misalnya, untuk memastikan kendaraan itu cocok atau tidak untuk dia. Jadi tetap harus ada hybrid. Tentu dengan mengikuti protokol kesehatan saat mendatangi gerai terdekat," tutur Yannes.
Ketua I Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) Jongkie D. Sugiarto juga setuju bahwa pameran mobil tetap penting dilakukan secara luring.
"Masyarakat Indonesia masih belum terbiasa membeli barang mahal tanpa melihat sendiri secara fisik," kata Jongkie kepada ANTARA, Kamis.
"Pameran mobil harus dilakukan karena masyarakat masih banyak yang ingin melihat langsung mobilnya, bahkan mencoba dulu mobilnya," tambahnya.
Melihat tantangan yang tak mudah itu, Yannes berharap, kondisi perekenomian Indonesia yang terganggu akibat pandemi COVID-19 dapat segera pulih sehingga penghasilan masyarakat kembali naik dan berimbas pada penjualan mobil yang terus meningkat.
"Intinya kalau ada PPKM (Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat) lagi, ekonomi kita akan stagnan dan cenderung turun terus. Bahaya sebenarnya," kata Yannes.
Saat ini, pemerintah sudah berupaya membantu industri otomotif dengan menjalankan program diskon pajak otomotif, yakni Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM-DTP). Akan tetapi, Yannes menyarankan para pelaku di sektor otomotif tetap harus memiliki upaya pemasaran daring dan digital agar jangkauan pemasaran dapat menyentuh masyarakat yang lebih luas.
Baca juga: Misi Hyundai dan Kia jual satu juta mobil listrik
Baca juga: BMW jual lebih 900.000 mobil pada semester satu
Baca juga: Wuling gelar layanan purna jual baru selaras WFH
Pengamat otomotif ITB ungkap tantangan penjualan mobil secara digital, apa saja?
Kamis, 5 Agustus 2021 17:35 WIB