Bandung (ANTARA) - Guru Besar Bidang Operasi dan Rantai Pasokan pada Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Profesor Togar M Simatupang mengatakan logistik halal menjadi mata rantai terlemah dalam lingkup ekonomi halal di Indonesia.
"Standar halal belum diterapkan secara menyeluruh dalam proses rantai pasok produk di Indonesia. Para pengusaha hanya fokus pada pencapaian kehalalan produk, tetapi belum pada proses rantai pasok, sejak awal pembuatan hingga penjualan produk di ritel," kata Togar dalam sebuah seminar daring bertajuk "Halal Logistics in Indonesia, Awakening a Giant Potential," Sabtu.
Togar menuturkan selama ini Indonesia masih kalah dalam penerapan standar rantai pasok halal dibandingkan negara tetangga Malaysia.
Malaysia sudah memperhatikan standar halal secara menyeluruh, mulai dari kegiatan di perkebunan, pembuatan, penyimpanan hingga penjualan produk di ritel.
Sementara di Indonesia, pengusaha baru fokus membuat produk halal dengan memperhatikan bahan baku produk tersebut misalnya, perusahaan kosmetik yang tidak menggunakan alkohol sebagai bahan baku pembuatan produknya.
Togar melanjutkan, standar rantai pasok halal juga baru tercapai pada proses penyimpanan produk dan gudang dijaga agar bersih dan penempatan produk halal diberi jarak dari produk yang tidak halal.
Padahal, selain proses penyimpanan, proses pembuatan produk perlu diperhatikan agar memenuhi standar rantai pasok halal.
Mulai dari lokasi pembuatan produk, misalnya di perkebunan, bahan baku harus menggunakan bibit dan pupuk yang tidak mengandung unsur haram.
"Lokasi perkebunan juga perlu berjauhan dengan peternakan hewan yang dianggap haram. Pada proses pengangkutan produk pun perlu diperhatikan standar kehalalannya," kata dia.
Ia mengatakan tempat penyimpanan produk di kendaraan pengangkut jangan sampai terkontaminasi dengan unsur yang tidak halal.
Produk halal yang sudah sampai di ritel juga perlu diawasi penempatannya dan jangan sampai diletakkan bercampur dengan produk tidak halal.
"Memastikan rantai pasok yang halal bisa lindungi konsumen. Menjamin pengguna agar terima produk halal," kata Togar.
Di sisi lain, konsumen juga perlu mendukung agar produsen memproduksi produk yang halal. Dengan cara bersedia membayar lebih untuk menerima produk halal.
"Hal yang masih terbelakang yakni ketersediaan pelanggan membayar logistik halal. Kita ingin halal, tetapi tidak bersedia bayar lebih," ujar Togar.
Rantai pasok halal selanjutnya bisa diintegrasikan dengan sistem pembayaran halal, seperti melalui bank syariah dan tekfin syariah.
Baca juga: ITB: Industri kereta api harus lebih inovatif manfaatkan digitalisasi
Baca juga: ITB anugerahkan gelar doktor kehormatan untuk tiga tokoh seni dan pembangunan