Sumber, 19/10 (ANTARA) - Greenpeace Indonesia dan nelayan Desa Waruduwur, Kecamatan Kanci, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, berunjuk rasa di tengah laut menolak keberaadaan PLTU Kanci di kawasan tersebut, Selasa.
Dengan menggunakan 35 kapal nelayan tradisional, aksi unjuk rasa dimulai sejak pukul 07.00 WIB dari muara Waruduwur Kabupaten Cirebon menuju tengah laut sekitar dua mil dari daratan tak jauh dari lokasi PLTU.
Setiap kapal membentangkan spanduk bertuliskan penolakkan terhadap pembangunan PLTU Kanci serta dampak negatif yang bakal ditimbulkan jika PLTU tersebut benar-benar beroperasi.
"Selama proyek PLTU ini dibangun saja, warga setempat sudah mengalami dampaknya seperti kehilangan mata pencaharian dari menangkap ikan serta gangguan kesehatan akibat hilir mudik kendaraan proyek. Apalagi jika proyek ini sudah beroperasi, dimana debu batu bara akan lebih merusak kesehatan warga," kata Juru Kampanye Greenpeace Asia Tenggara, Arif Fiyanto.
Menurut Arif, batu bara adalah bahan bakar yang berasal dari fosil dari lapisan bumi yang paling bawah dan paling kotor sehingga wajar apabila dibakar maka akan menimbulkan debu yang dapat merusak kesehatan apabila terhirup manusia saat bernafas.
"Seperti yang terjadi di PLTU Serang, Banten, banyak warga yang menderita gangguan pernafasan setelah proyek PLTU beroperasi. Bahkan yang mengkhawatirkan, hal ini sangat berpengaruh terhadap ibu yang sedang hamil selain dia menderita gangguan pada pernafasan, juga pada janin dalam kandungannya," kata Arif.
Menurut Arif, pemerintah akan lebih bijak memanfaatkan sumber energi yang lebih ramah lingkungan seperti tenaga surya atau angin dari pada baru bara yang dampaknya sangat merugikan masyarakat.
Selain dampak buruk pada kesehatan, proyek PLTU yang berlokasi di laut juga berdampak pada mata pencaharian nelayan yang berangsur-angsur tergeser. Seperti di Cilacap, kata Arif, warganya sudah banyak yang beralih profesi dari nelayan karena sulit mendapat ikan akibat rusaknya biota laut akibat lalu lintas kapal pengangkut batu bara dan tumpahan batu bara akibat aktivitas bongkar muatnya.
Hal tersebut dibenarkan oleh Sobur (42) nelayan Desa Waruduwur. Menurutnya selama ini dia harus mencari ikan lebih jauh dan menghabiskan uang lebih banyak untuk bisa mendapat tangkapan ikan, karena terjadi pendangkalan selama proyek pembanguna PLTU berlangsung.
"Sebelum ada proyek PLTU, kami sudah bisa mendapatkan udang atau rajungan di sekitaruntuk penghasilan kami. Tapi sekarang kami harus menggunakan kapal itu pun harus berlayar lebih jauh dan memakan waktu hingga empat hari untuk bisa dapat ikan," kata Sobur.
Setelah aksi di laut, para nelayan dan aktivis Greenpeace malakukan aksi teatrikal yang menceritakan tentang bahaya yang ditimbulkan oleh batu bara.
Rencananya aksi tersebut akan dilakukan bersama aktivis Greenpeace dunia yang akan datang menggunakan kapal Rainbow Warrior. Namun rupanya kedatangan kapal tersebut saat ini tertahan di perbatasan perairan Indonesia karena masalah perizinan.***3***
M Taufik
GREENPEACE DAN NELAYAN DEMO PLTU DI LAUT
Rabu, 20 Oktober 2010 9:30 WIB