Bogor (ANTARA) - Pemerintah Kota Bogor mengizinkan warganya beribadah dan memakmurkan masjid pada bulan Ramadan, tapi dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat, dan kapasitasnya maksimal 50 persen.
"Warga yang beribadah di masjid dipersilakan, baik shalat, pengajian, tadarus, maupun itikaf, tapi harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat. Kapasitasnya maksimal 50 persen," kata Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, di Kota Bogor, Kamis.
Menurut Dedie A Rachim, bulan Ramadhan dalam konteks bulan beribadah, Pemerintah Kota Bogor mengizinkan masyarakat untuk beribadah secara maksimal di masjid, tapi harus menerapkan protokol kesehatan secara ketat, untuk mencegah penularan COVID-19.
Warga yang beribadah di masjid, kata dia harus memakai masker, membawa sajadah sendiri, dan menjaga jarak. Kapasitas orang yang berada di dalam masjid maksimal. "Kita semua harus tetap waspada, jangan sampai lengah. Karena kami tidak mau ada lonjakan kasus baru COVID-19," katanya.
Menurut Dedie, di Kota Bogor sekitar 1.500 masjid dan mushola, serta 141 pondok pesantren. Untuk mengawasi kegiatan di seluruh pusat keagamaan tersebut, Pemerintah Kota Bogor terus berkoordinasi dengan Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Dewan Masjid Indonesia (DMI).
Pemerintah Kota Bogor juga terus berkomunikasi dengan ulama yang tersebar di Kota Bogor, khususnya pimpinan pondok pesantren, serta pengurus masjid, dan mushala.
"Insya Allah sejauh ini tempat ibadah umat Muslim di Kota Bogor tetap kondusif, mulai dari kapasitas tempat ibadah serta konten ceramah, masih dalam batas toleransi dan kewajaran," ujarnya.
Baca juga: Bima Arya minta warga Kota Bogor shalat Idul Fitri di masjid lingkungan
Baca juga: Wali Kota Bogor serahkan hibah keagamaan Rp1,45 miliar
Baca juga: Polresta Bogor Kota siagakan 200 Polisi Ramadhan awasi prokes dan jaga masjid