Bandung (ANTARA) - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 2 Jawa Barat (Jabar) menyatakan penyaluran kredit perbankan di Jawa Barat pada triwulan I 2021 tumbuh positif meskipun di tengah tekanan pandemi COVID-19 yang masih berlanjut hingga saat ini.
"Tercatat, per Maret 2021 penyaluran kredit di wilayah ini tumbuh 5,46 persen yang menjadikannya sebagai penyumbang pembiayaan terbesar nasional," kata Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 2 Jawa Barat Indarto Budiwitono di Bandung, Rabu.
Dia mengatakan secara umum pembiayaan perbankan di Jabar tumbuh positif dan pembiayaan dari 68 bank umum dan bank umum syariah yang beroperasi di wilayah ini per Maret 2021 mencapai Rp484 triliun.
"Angka tersebut tumbuh 5,80 persen dibandingkan catatan pada periode yang sama tahun lalu," kata dia.
Pembiayaan dari Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang beroperasi di Jabar, yakni BJB, Bank DKI, Bank Sumatra Barat, dan Bank Banten mencapai Rp56,1 triliun atau tumbuh 5,93 persen dibandingkan tahun lalu.
Namun, kata dia, untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan BPR Syariah kondisinya berbeda dan pembiayaan yang disalurkan justru mengalami koreksi minus 3,52 persen jika dibandingkan setahun yang lalu.
"Untuk pembiayaan perbankan di Jabar per Maret 2021 tumbuh 5,46 persen. Sementara nasional justru mengalami koreksi minus 3,77 persen (yoy)," kata dia.
Menurut dia dari total pembiayaan yang disalurkan tersebut sekitar 24,2 persen terserap untuk kepemilikan rumah tinggal, kemudian perdagangan (18,4 persen) serta pembiayaan multiguna (17,15 persen).
Penyaluran pembiayaan di Jabar didominasi pembiayaan dari Bank Buku IV senilai Rp 256 triliun sedangkan dari sisi sektor, sektor transportasi, jasa pengiriman, dan komunikasi mengalami pertumbuhan 57 persen.
"Hal ini didorong meningkatnya jual beli online dan penerapan work from home yang menggantungkan jaringan komunikasi internet," katanya.
Dia mengatakan tidak hanya dari sisi pembiayaan, asset dan Dana Pihak Ketiga (DPK) di wilayah ini juga tumbuh positif. DPK mampu tumbuh 9,08 persen, sementara asset tercatat tumbuh 11,19 persen.
Akan tetapi, lanjut dia, ada satu hal yang menjadi perhatian pihaknya yakni angka Non Performing Loan (NPL) atau kredit bermasalah.
Meskipun angka NPL per Maret 2021 masih terjaga di level 4,23 persen tapi mengalami sedikit peningkatan dibandingkan posisi Februari yang tercatat 4,13 persen.
"Padahal pandemi masih berlanjut dan belum tahu apakah setelah Lebaran nanti akan seperti apa sehingga tentu menjadi atensi kami," ujarnya.
Kredit macet naik
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Regional 2 Jawa Barat (Jabar) menyatakan angka kredit macet untuk perbankan di 2021 ini diperkirakan masih akan naik dikarenakan sejumlah kebijakan pemerintah.
Indarto mengatakan angka kredit macet untuk perbankan di Jawa Barat berada di level 4,23 persen, atau naik dari posisi Februari di angka 4,13 persen.
Walaupun demikian, penyaluran kredit hingga Februari 2021 tumbuh mencapai 4,70 persen secara tahunan.
"Harus diwaspadai masih tingginya nilai NPL atau Non Performing Loan (kredit macet) padahal pandemi ini masih berlangsung. Kami belum tahu setelah lebaran ini seperti apa karena ada pembatasan mudik juga kan," kata Indarto.
Menurut dia kenaikan NPL ini bisa dikarenakan perekonomian tidak berkembang karena perputaran uang sedikit terhambat efek larangan mudik.
Di sisi lain, NPL ini bisa disumbang dari sektor jasa transportasi yang sampai sekarang belum optimal dalam mengangkut penumpang.
Baca juga: PHRI Jabar minta pemerintah buat petunjuk aturan baru OJK
Baca juga: 1.200 fintech ilegal & 390 investasi ilegal ditutup OJK