New York (ANTARA) - Harga minyak naik tipis pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), ketika kekhawatiran permintaan dan risiko pasokan tampak seimbang, yakni didukung data ekonomi yang lebih kuat dari Amerika Serikat dan Eropa namun kenaikan kasus virus corona di India menekan pasar.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Juni, naik 71 sen menjadi ditutup pada 66,11 dolar per barel di London ICE Futures Exchange. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Juni, juga bertambah 71 sen menjadi menetap di 62,14 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.
Untuk minggu ini, minyak mentah berjangka AS kehilangan 1,7 persen, sementara minyak mentah Brent turun 1,0 persen, berdasarkan kontrak bulan depan.
"Konsolidasi harga ini mengikuti kenaikan harga selama empat bulan yang kuat, yang sebagian besar didasarkan pada kemajuan vaksin AS yang memaksa beberapa revisi naik dalam gagasan-gagasan permintaan global sepanjang tahun ini," kata Jim Ritterbusch, presiden Ritterbusch and Associates di Galena, Illinois.
Data Indeks Manajer Pembelian (PMI) zona Euro untuk April menunjukkan pemulihan yang lebih kuat dari perkiraan dan lebih banyak negara Eropa mulai mengurangi penguncian virus corona. Prancis mengatakan sekolah akan dibuka kembali pada Senin (26/4/2021).
Data ekonomi Amerika Serikat menambah prospek optimis; jumlah orang Amerika yang mengajukan klaim baru untuk tunjangan pengangguran turun ke level terendah 13 bulan minggu lalu.
"PMI di seluruh Eropa benar-benar keluar dari grafik, terutama setelah laporan pengangguran yang kuat di AS," kata John Kilduff, mitra di Again Capital LLC di New York.
Pengilang minyak AS Valero mengatakan permintaan bensin dan solar berada pada 93 persen dan 100 persen dari tingkat pra-pandemi.
Aktivitas minyak internasional akan meningkat hingga akhir tahun ini dan seterusnya, kata bos teratas Schlumberger NV, Olivier Le Peuch.
Perusahaan-perusahaan energi AS memangkas jumlah rig minyak yang beroperasi untuk pertama kalinya sejak Maret, berkurang satu rig menjadi 438 rig minggu ini, menurut perusahaan jasa energi Baker Hughes Co.
Sebelum minggu ini, pengebor minyak dan gas AS menambahkan rig selama lima minggu berturut-turut dan telah naik 80 persen sejak jatuh ke rekor terendah 244 pada Agustus 2020.
Kekhawatiran permintaan minyak meningkat karena kasus virus corona India melonjak ke rekor tertinggi. India merupakan konsumen dan importir minyak terbesar kertiga di dunia.
Beberapa negara, termasuk Australia, Inggris, Kanada, dan Uni Emirat Arab telah melarang atau menghentikan penerbangan dari India.
Sementara itu, Jepang mengumumkan penguncian baru di Tokyo, Osaka dan dua prefektur lainnya pada Jumat (23/4/2021).
Baca juga: Harga minyak melemah, penurunan produksi Libya imbangi risiko permintaan
Baca juga: Harga minyak jatuh lagi, lonjakan COVID-19 India rusak prospek permintaan
Baca juga: Virus melonjak di India, harga minyak jatuh dari tertinggi sebulan