Jakarta (ANTARA) - Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Honesti Basyir mengakui bahwa impor bahan baku vaksin dari Sinovac jauh lebih efisien dari sisi harga ketimbang dengan impor vaksin yang sudah jadi.
"Perbandingan impor bahan baku dan jadi, lebih efisien kita impor bahan baku," katanya dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin.
Honesti menjelaskan, dalam kasus importasi tiga juta dosis vaksin jadi dari Sinovac, harga vaksin ditetapkan sebesar 17 dolar AS per dosis. Melalui sejumlah negosiasi dan pemberian sekian ratus ribu dosis vaksin gratis, harga vaksin bisa ditekan menjadi sebesar 13,3 dolar AS per dosis.
"Pada saat impor bahan baku, harganya itu 10,9 dolar AS per dosis, jadi ada perbedaan sekitar hampir 3 dolar AS per dosis pada saat kita impor vaksin jadi dan kita produksi sendiri," katanya.
Honesti mengatakan selain efisiensi, keuntungan impor bahan baku vaksin juga akan dapat mendorong industri vital dalam negeri. Tidak hanya itu, mengimpor bahan baku juga akan mendorong transfer teknologi sehingga Indonesia ke depan mampu memproduksi vaksin COVID-19 sendiri.
Lebih lanjut, ia menjelaskan teknis pembentukan harga vaksin. Bio Farma memberikan usulan harga vaksin yang kemudikan diverifikasi oleh BPKP. Harga tersebut diserahkan kepada Kementerian Kesehatan untuk kemudian ditetapkan margin yang akan diterima Bio Farma.
"Proses pembentukan harga itu, dari usulan kita yang diverifikasi BPKP. Dan nanti dari Kemenkes menetapkan margin, itu yang kemudian jadi dasar kontrak pemesanan Kemenkes kepada Bio Farma," pungkas Honesti.
Baca juga: Bio Farma sebut kapasitas vaksinasi gotong royong capai 4 juta per bulan
Baca juga: PT Bio Farma operasikan fasilitas produksi baru dukung pasokan vaksin