New York (ANTARA) - Harga minyak terus tergelincir untuk hari keempat berturut-turut pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), terseret oleh ekspektasi permintaan yang lebih lemah di Eropa dan setelah data menunjukkan kenaikan dalam persediaan minyak mentah Amerika Serikat.
Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei melemah 39 sen atau 0,6 persen, menjadi ditutup pada 68 dolar AS per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April turun 20 sen atau 0,3, menjadi berakhir di 63,68 dolar AS per barel.
Beberapa negara Eropa telah menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca karena kekhawatiran akan kemungkinan efek samping. Jerman mengalami peningkatan kasus virus corona, Italia memberlakukan penguncian secara nasional, dan Prancis berencana untuk memberlakukan pembatasan yang lebih ketat.
"Penangguhan tidak akan membantu pemulihan ekonomi dan bahan bakar blok itu," kata Stephen Brennock dari pialang minyak PVM. "Harapannya sekarang adalah bahwa Eropa bisa mendapatkan kembali peluncuran vaksinnya yang lambat ke jalurnya."
Harga-harga minyak tergelincir ke posisi terendah sesi setelah data pemerintah menunjukkan persediaan minyak mentah AS naik 2,4 juta barel pekan lalu, menyusul laporan industri pada Selasa (16/3/2021) yang memperkirakan penurunan satu juta barel. Analis memperkirakan peningkatan tiga juta barel.
Persediaan minyak mentah AS telah meningkat selama empat minggu berturut-turut setelah operasi kilang di selatan terhambat oleh cuaca dingin yang parah bulan lalu.
Perusahaan-perusahaan perlahan-lahan mulai kembali mengoperasikan fasilitas-fasilitas minyaknya dan keseimbangan diperkirakan pulih dalam beberapa minggu ke depan, kata analis.
"Lebih dari tiga perempat dari kenaikan 1,1 juta barel per hari minggu lalu terjadi di Gulf Coast. Peningkatan lain dalam aktivitas penyulingan dalam laporan minggu depan akan mengantarkan kita kembali ke tren penarikan persediaan," kata Matt Smith, direktur riset komoditas di ClipperData.
Lebih lanjut menambah tekanan, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan dalam laporan bulanannya bahwa harga minyak tidak mungkin meningkat secara dramatis dan berkelanjutan serta permintaan diperkirakan tidak akan kembali ke tingkat sebelum pandemi hingga 2023.
"Laporan IEA telah memicu tindakan di antara para pedagang minyak," kata Naeem Aslam dari Avatrade. "Kami telah melihat beberapa penjualan."
Minyak telah pulih dari posisi terendah bersejarah yang tersentuh tahun lalu karena permintaan anjlok, didukung oleh rekor pemotongan produksi minyak oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya. Brent mencapai 71,38 dolar AS pada 8 Maret, tertinggi sejak 8 Januari 2020.
Kerugian dibatasi di akhir sesi setelah Federal Reserve pada Rabu (17/3/2021) memproyeksikan lonjakan pesat dalam pertumbuhan ekonomi AS dan inflasi tahun ini karena krisis COVID-19 mereda, dan mengulangi janjinya untuk mempertahankan suku bunga acuan mendekati nol untuk tahun-tahun mendatang.
Baca juga: Harga minyak turun tipis didukung data China yang kuat
Baca juga: Antisipasi pemulihan permintaan, minyak Brent dekati 70 dolar