Bandung (ANTARA) - Museum Konferensi Asia Afrika (KAA) Bandung mengisi kegiatan di masa pandemi COVID-19 ini dengan menghadirkan dua tokoh pelaku sejarah detik-detik pelaksanaan konferensi puluhan negara pada 66 tahun lalu itu.
Dua tokoh pelaku sejarah itu yakni Inen Ruslan (83) yang merupakan juru foto dokumentasi KAA tahun 1955, dan Abah Landung (94) yang merupakan pengepul atau penanggung jawab mobil untuk digunakan para tamu kenegaraan yang hadir dari berbagai negara Asia dan Afrika.
"Saya tidak bisa melihat, tapi saya bisa merasakan cerita mereka. Jadi dulu itu mereka menunjukkan sikap kerelawanan sangat tinggi yang saat ini susah untuk dicari," kata Kepala Museum KAA Dahlia Kusuma Dewi di Bandung, Jawa Barat, Jumat.
Bukan hanya menceritakan tentang isi konferensi, mereka pun menceritakan peristiwa dibalik adanya gelaran KAA hingga proses persiapan menjelang acara yang bisa menjadi contoh keteladanan.
Inen sendiri mengaku pada saat itu dirinya merupakan satu satunya pemuda dari Bandung yang dipercaya bisa menguasai pemakaian alat fotografi. Saat itu, dia mengaku menggunakan kamera Leica F3 buatan Jerman.
Tugas utamanya, dirinya harus mendokumentasikan seluruh kegiatan dari awal hingga akhir gelaran KAA. Selain itu, fotonya pun bakal digunakan untuk media massa baik lokal maupun mancanegara.
Uniknya, saat gelaran itu beberapa tamu dari negara lain membawa sendiri fotografer. Namun mereka tidak bisa langsung mencetak foto hasilnya, berbeda dengan Inen yang mempersiapkan foto untuk langsung dicetak secara singkat.
"Jadi kalau nggak salah acara KAA sampai jam 12.00 WIB, nah hingga jam 14.00 WIB foto-foto itu sudah siap dipajang langsung di Gedung Merdeka," kata Inen.
Inen sendiri mengaku memberikan secara cuma-cuma foto hasilnya tersebut kepada para tamu dari negara lain untuk dibawa ke negaranya masing-masing.
"Alhamdulillah peserta semuanya dapat dilayani dengan baik, mereka bisa dapat gambarnya yang diambil oleh saya, jadi mereka itu merasa puas," kata dia.
Selain Inen, cerita persiapan KAA lainnya pun disampaikan oleh Abah Landung yang mengaku cukup kesulitan mendapat mobil untuk dipakai para tamu kenegaraan.
Namun, karena dirinya memiliki jaringan yang luas dengan masyarakat di Bandung, ia akhirnya mendapat berbagai bantuan pinjaman mobil. Mobilnya pun cukup mewah pada saat itu.
"Saya diminta langsung oleh Pak Gubernur pada saat itu Pak Mohamad Sanusi Hardjadinata. Katanya minta tolong carikan dan jangan malu-maluin," kata Landung.
Menurutnya pada saat itu ia hanya menyiapkan sebanyak 28 mobil ditambah dengan mobil Presiden Soekarno. Kemudian ia pun mendapatkan pinjaman lagi 80 mobil tambahan untuk gelaran KAA.
Untuk itu ia pun meminta kepada generasi sekarang agar bekerja tanpa pamrih. Apalagi, kata dia, bekerja untuk kepentingan negara dapat meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
"Anjurkanlah para anak anak ke sini, jaga sejarah, Bandung ini ibu kota Asia Afrika, jadi jangan kalah dengan Jakarta ibu kota Indonesia, Kota Bandung ini ibu kota banyak negara," kata Landung.