Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis diperkirakan terkoreksi dipicu kekhawatiran soal stimulus di Amerika Serikat.
Pada pukul 9.38 WIB, rupiah melemah 43 poin atau 0,3 persen ke posisi Rp14.093 per dolar AS dari posisi penutupan perdagangan sebelumnya Rp14.050 per dolar AS.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Kamis, mengatakan, rupiah berpotensi melemah hari ini terhadap dolar AS mengikuti kejatuhan dalam indeks saham AS semalam.
"Kejatuhan ini mengindikasikan keengganan pelaku pasar untuk masuk ke aset berisiko saat ini," ujar Ariston.
Ia menuturkan, beberapa sentimen negatif yang terakumulasi seperti kekhawatiran rencana stimulus besar dari Presiden Joe Biden tidak akan secepat dan sebesar yang diharapkan dan kasus pandemi dunia yang masih meninggi, turut menekan aset berisiko.
Menurut Ariston, stimulus sangat diharapkan untuk membantu pemulihan ekonomi, pengendalian pandemi, dan kelancaran vaksinasi.
Sementara itu, dini hari tadi, Bank Sentral AS The Fed masih tetap mendukung kebijakan suku bunga rendah. The Fed mempertahankan tingkat suku bunga di level 0,25 persen dan melanjutkan program pembelian obligasi dengan besaran setidaknya 120 miliar dolar AS per bulan.
"Tapi bank sentral masih mengkhawatirkan pemulihan ekonomi saat ini yang sangat bergantung pada penurunan penularan virus dan kemajuan pelaksanaan vaksinasi," kata Ariston.
Ariston memperkirakan rupiah pada hari ini akan bergerak di kisaran Rp14.000 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS.
Pada Rabu (27/1) lalu, rupiah ditutup menguat 15 poin atau 0,11 persen ke posisi Rp14.050 per dolar AS dari posisi penutupan hari sebelumnya Rp14.065 per dolar AS.
Baca juga: Kurs rupiah Kamis pagi melemah 20 poin
Baca juga: Kurs rupiah menguat jelang pengumuman hasil rapat bank sentral AS
Baca juga: Kurs rupiah berpotensi menguat di tengah penantian pengumuman The Fed