Jakarta (ANTARA) - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk melakukan uji coba pertanian pintar atau smart farming di lima provinsi Tanah Air untuk mendukung ketahanan pangan nasional.
Direktur Bisnis UMKM BNI Muhammad Iqbal dalam siaran pers di Jakarta, Senin, menjelaskan program itu lebih menekankan nilai tambah BNI dalam memastikan petani mendapatkan akses pembiayaan murah dan mudah, disertai pendampingan dengan memanfaatkan teknologi digital selama proses budi daya.
Uji coba itu diadakan di enam titik di lima provinsi yakni Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Program BNI Smart Farming, kata dia, bertujuan agar petani mendapatkan rekomendasi sistem pertanian yang tepat mulai pemupukan yang presisi hingga penanganan hama dan panen.
Di sisi lain, perbankan juga memanfaatkan smart farming melalui dashboard dari aplikasi bertani untuk monitoring onfarm, pendampingan pertanian, yang muaranya dapat memastikan kualitas kredit yang lebih baik dan inklusi keuangan di sektor pertanian.
Melalui program tersebut, BNI terus bekerja sama dengan berbagai pihak terkait seperti Kementerian Pertanian; Kementerian Komunikasi dan Informatika; Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi; dan PT Telkom Indonesia (Persero) Tbk.
Bahkan, lanjut dia, BNI turut melibatkan perusahaan rintisan agri teknologi salah satunya PT Mitra Sejahtera Membangun Bangsa (PT MSMB) dalam menginisiasi program Gerakan Menyongsong Pertanian 4.0 untuk membantu petani meningkatkan hasil budi dayanya.
"Memasuki musim panen, telah disiapkan fitur di dalam aplikasi agar mengakomodir hasil produksi petani diserap oleh offtaker mitra BNI," imbuhnya.
Dengan menempatkan alat sensor di lahan, maka kondisi tanaman sejak sebelum, saat tanam, pemeliharaan, hingga ketika panen dapat terpantau secara real time yang rekomendasinya diperoleh dari alat sensor yang dapat menjangkau area hingga seluas 100 hektare.
Rekomendasi itu terkoneksi dengan aplikasi yang disematkan ke dalam gawai berbasis Android milik petani sehingga mereka bisa mendeteksi kondisi lahan khususnya yang berkaitan dengan curah hujan, suhu, kondisi tanah (Ph), hingga kebutuhan pupuk.
Dari sisi biaya, kata dia, rekomendasi dari sensor yang disematkan di dalam aplikasi di genggaman petani tidak hanya akan memudahkan petani, tetapi juga memberikan pola pertanian yang paling baik termasuk intensitas penggunaan pupuk.
Dengan demikian, petani akan menjadi lebih produktif, lebih efisien dan efektif, hasil lahan/ladangnya mudah dijangkau pasar, serta menjadi petani yang profesional dan berkualitas.
Dengan volume hasil panen yang meningkat dan kualitas hasil yang lebih baik, ujar Iqbal, maka kesejahteraan petani akan semakin terjamin.
Petani terbantu
Selama 2020, Iqbal menambahkan beberapa kegiatan program smart farming yang diimplementasikan di enam titik itu, manfaatnya telah dirasakan para petani.
Petani dari Situbondo, Jawa Timur, Fero Kamahendra menuturkan di daerahnya petani telah merasakan manfaat yang positif dari kehadiran program BNI Smart Farming itu.
Selain mendapat dukungan permodalan untuk bertani, petani di daerahnya telah didukung dengan alat sensor. "BNI benar-benar memperhatikan masyarakat pertanian di daerah kami," katanya.
Di tempat terpisah, Pujiono, petani di Malang menambahkan kehadiran BNI mendorong semangat petani semakin meningkat, bahkan lahan tidur yang sebelumnya kurang produktif telah dimanfaatkan sebagai lahan hijau untuk ditanami tanaman pangan dan hortikultura.
Petani lainnya, Ribut dari Banyuwangi, menuturkan dengan dukungan dari bank BUMN itu, petani semakin mudah mendapat rekomendasi pertanian yang paling akurat dan hasilnya terlihat saat panen baik volume dan kualitas hasil panennya meningkat.
Dukungan BNI
Iqbal menambahkan BNI di berbagai kegiatan juga memberikan bantuan corporate social responsibility (CSR) berupa soil and weather sensor yang digunakan untuk merekam kondisi lahan secara real time dan memprediksi cuaca.
Bantuan itu diharapkan mampu memberikan data pertanian yang lebih terukur serta presisi sehingga dapat membantu petani dalam meningkatkan efisiensi serta meningkatkan produktivitasnya.
BNI Smart Farming, lanjut dia, menyinergikan berbagai macam program dan produk seperti agen Lakupandai (Agen46), penyaluran KUR tani digital dengan BNI Move Agriculture.
Kemudian, penyediaan kartu tani BNI untuk mendorong transaksi nontunai, dan digitalisasi budi daya pertanian presisi dan menghubungkan petani dengan offtaker.
Sebagai kelanjutan dari rangkaian kegiatan, BNI juga menggelar berbagai webinar untuk memberikan informasi kepada berbagai stakeholder terkait optimalisasi program BNI Smart Farming.
Komitmen BNI dalam mengembangkan smart farming akan terus dioptimalkan pada 2021, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan petani penerima KUR di sektor pertanian.
Langkah itu juga diharapkan akan menambah portofolio penyaluran KUR oleh BNI. Hingga saat ini, BNI telah menyalurkan KUR pada sektor pertanian sebanyak Rp7,21 triliun serta menyentuh lebih dari 285 ribu petani di seluruh Indonesia.
"Ke depannya, program smart farming akan dikembangkan melalui ekosistem pertanian digital agar penyaluran KUR dapat lebih ekspansif menyentuh petani seluruh Nusantara sehingga dapat mendorong program ketahanan pangan nasional," ujar Iqbal.
Baca juga: BNI catat dana kelolaan nasabah "Emerald" capai Rp154 triliun
Baca juga: BNI gandeng e-commerce, fintech hingga toko ritel perluas akseptasi TapCash
Baca juga: BNI dukung digitalisasi layanan keuangan di Unjani Cimahi
BNI uji coba "smart farming" di lima provinsi termasuk Jabar
Senin, 4 Januari 2021 17:13 WIB