Garut, 4/4 (ANTARA) - Satwa liar jenis banteng yang biasa hidup di kawasan "leuweung" (hutan) Sancang wilayah Kabupaten Garut, Jawa Barat, semakin langka dan jarang ditemukan.
Kelangkaan juga mengancam rusa (Cervus timorensis), merak (Pavo muticus), burung julang (Aceros undulatus), macan tutul (Panthera pardus) serta jenis satwa lainnya, juga untuk bisa menemukannya tak semudah membalikan telapak tangan, kata Camat Cibalong Garut H. Dik Dik. AR saat dihubungi, Minggu.
Sedangkan keberagaman floranya antara lain Pahlalar (Dipterocaipus sp), yang merupakan jenis pohon satu- satunya di pulau Jawa dari famili Dipterocarpaceae, kemudian Kaboa (Aegiceras Corniculata) yakni tumbuhan khas di Sancang.
Disusul Warejit (Excoecoria ocha), berupa pohon yang mengandung racun dan berbahaya bagi manusia serta rumput-rumputan (Gramineceae), katanya.
Kawasan leuweung Sancang ditetapkan sebagai cagar alam seluas 2.157 hektare, berdasarkan Surat Keputusan (SK) Menteri Pertanian bernomor 370/Kpts/Um/6/ 1978 pada 9 Juni 1978.
Kemudian adanya terumbu karang berkondisi masih cukup baik di perairan pantai cagar alam itu, maka berdasarkan SK Menteri Kehutanan bernomor : 682/Kpts-11/90, 17 Nopember 1990, perairan tersebut seluas 1.150 hektare ditunjuk sebagai cagar alam laut Sancang.
Kawasan hutan suaka alam di pantai selatan ini, termasuk wilayah desa Sancang, Sagara, dan Karyamukti Kecamatan Cibalong, sekitar 125 km arah selatan dari pusat kota Garut.
Umumnya bertopografi kombinasi dataran landai dan perbukitan, kearah selatan dan barat juga umumnya landai dan ke arah timur berbukit, dengan ketinggian lokasi berkisar 0 - 175 mdpl dengan kemiringan antara 5 persen hingga 20 persen.
Kondisi iklimnya menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, termasuk tipe B berupa tipe basah dengan nilai Q (Quontient) sebesar 24,19 persen, sedangkan Q persentase perbandingan antara rata-rata jumlah bulan kering dengan rata-rata jumlah bulan basah.
John DH
