Bandung (ANTARA) - Progres pembangunan Light Rapid Transit (LRT) Jabodebek hingga saat ini hampir 80 persen sehingga diharapkan di jalur mainline tahun ini semua konstruksi sipil sudah selesai dan selanjutnya mengejar progres terkait pembangunan stasiun, ungkap Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) LRT Kementerian Perhubungan Ferdian.
"Selanjutnya tahun depan fokus utamanya yaitu di sistem persinyalan, di mana Len Industri adalah salah satu subkon utamanya yang harus betul-betul mengejar progres agar LRT dapat mulai beroperasi tepat waktu," kata Ferdian, Kamis.
Kementerian Perhubungan bersama Len Industri, Adhi Karya, INKA dan KAI kembali melakukan uji coba penggunaan sistem persinyalan LRT Jabodebek dengan kereta melalui lintas Stasiun TMII-Stasiun Harjamukti.
Kali ini pengujian disaksikan oleh PPK LRT Kementerian Perhubungan Ferdian beserta beberapa orang perwakilan dari Kementerian BUMN dan Kementerian Perhubungan lainnya.
Menurut Ferdian sampai saat ini Len Indusri sudah cukup baik dan ian itu sudah terbukti, kita sudah bekerjasama puluhan tahun di bidang perkeretaapian.
"Saya berpesan bahwa dengan adanya sistem moving block yang kita kembangkan ini mudah-mudahan Len bisa kembali ke tujuan awalnya. Yang diharapkan, Len tidak hanya melakukan instalasi, namun Len bisa mengembangkan sistem atau produknya sendiri hingga suatu hari nanti secara internasional bisa diakui dan dipergunakan meluas tidak hanya di Indonesia, bahkan ke Asia hingga Eropa," ujar Ferdian.
Direktur Operasi II PT Len Industri (Persero), Linus Andor Mulana S menyatakan pihaknya akan melakukan yang terbaik dalam pengerjaan sistem operasi di LRT Jabodebek ini.
"Pandemi sekarang memberikan sedikit pengaruh bagi tim, yaitu penyelesaian pekerjaan menjadi sedikit terhambat, karena pada dasarnya pekerjaan signaling bisa dimulai jika pekerjaan ruang lingkup lainnya sudah selesai. Namun secara umum, kami tidak merasa ada dampak yang signifikan terhadap pekerjaan kami," Linus.
Linus mengatakan dalam teknologi persinyalan, Len memiliki produk persinyalan terbaru berupa sistem interlocking SiLSafe4000 dan SiLSafe5000. Keduanya ibaratnya adalah prosesor dari sebuah sistem persinyalan, dan keduanya sudah memiliki sertifikasi SIL-4 Cenelec (Safety Integrity Level).
Softwarenya juga sudah dikembangkan sendiri oleh Len. SiLSafe5000 mulai diterapkan di APMS Skytrain Bandara Internasional Soekarno-Hatta Jakarta pada tahun 2016, dan diuji cobakan skema full driverless tahun 2020 ini.
Keunggulan interlocking Len yang bersifat open platform memudahkan integrasi sistem dengan berbagai interloking yang ada di dunia, kata Linus.
Ferdian juga mengatakan bahwa kolaborasi 4 BUMN (Adhi Karya, Len Industri, INKA, KAI) sekarang ini sudah bagus. Mengejar tahapan seperti saat ini pun sudah bagus dan sudah jauh lebih advance dari tahun-tahun sebelumnya.
Kedepannya kolaborasi seperti ini semakin diharapkan karena sistem yang akan dipergunakan di LRT adalah moving block.
Di mana sistem ini tidak hanya memiliki interkoneksi sinyal dan prasarana, namun juga integrasi dengan pergerakan kereta, buka tutupnya pintu PSD (Platform Screen Doors), pintu kereta, termasuk jika saat kondisi darurat harus bisa memutus aliran listrik menggunakan blue light station atau emergency cut-off.
"Itu adalah integrasi yang bisa dicapai dengan baik jika kerjasama keempat BUMN berjalan saling mendukung," kata Ferdian.
LRT Jabodebek merupakan interkoneksi urban city di sekitar wilayah Jakarta baik arus masuk maupun keluar.
Pembangunan moda transportasi LRT Jabodebek tak sendirian. Jangan lupakan pula bahwa kelak akan ada interkoneksi di Halim Perdana Kusuma, KCIC (Kereta Cepat Indonesia China), Stasiun Cikopo, KRL (Kereta Rel Listrik) Commuterline, Bus Trans Jakarta.
Dan yang ultimate adalah untuk pengembangan pembangunan ke depan, yaitu interkoneksi di Dukuh Atas di mana akan berdekatan dengan LRT Jakarta, MRT (Mass Rapid Transit), Kereta Bandara, Stasiun KRL Dukuh Atas, dan tentunya dengan Trans Jakarta.
Uji coba LRT Jabodebek kali ini dimaksudkan untuk menguji sistem operasi Grade of Otomation 0 (GOA 0) sebagai fase awal menuju sistem otomasi GOA 3.
Uji coba persinyalan tersebut merupakan fase awal untuk mempersiapkan sistem GOA 3 secara menyeluruh dan memerlukan tahapan-tahapan lebih lanjut untuk memastikan setiap wesel hingga automatic train protection dapat berfungsi dengan baik, sehingga otomatisasi GOA 3 dapat beroperasi penuh sesuai target di Juni 2022 mendatang.
LRT Jabodebek menerapkan teknologi persinyalan moving block yang memungkinkan blok kereta fleksibel, berubah-ubah, dan bergerak sesuai dengan pergerakan dan spesifikasi keretanya, sehingga headway atau jarak keberangkatan antar kereta dapat diatur lebih dekat namun tetap dalam jarak aman.
Dengan kata lain, CBTC (Communication-Based Train Control) memungkinkan untuk memendekkan jarak aman antar kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beroperasi bisa lebih banyak.
Keamanan, ketepatan jadwal kereta, kapasitas angkut penumpang yang besar, serta jarak singkat antar kereta adalah hal penting bagi penumpang dalam menggunakan transportasi massal.
Sistem tersebut berbeda dengan sistem fixed block (konvensional) di mana track dibagi per-section atau blok dan dalam satu blok hanya boleh terdapat satu kereta, sehingga jumlah kereta (train set) yang beoperasi menjadi lebih terbatas.
Baca juga: Adhi Karya catat progres LRT Jabodebek mencapai 77 persen
Baca juga: Pembangunan Depo LRT Bekasi diharapkan segera selesai
Baca juga: LRT Jabodebek beroperasi menyeluruh ditargetkan Juni 2021
Pembangunan LRT Jabodebek hampir 80 persen
Jumat, 13 November 2020 5:56 WIB