Cimahi, 23/11 (ANTARA) - Kota Cimahi, Jawa Barat, kota pertama di Jawa Barat, yang memiliki lima sekolah inklusi yang memasukkan anak berkebutuhan "khusus" ke dalam kelas siswa reguler atau normal.
"Kota Cimahi boleh dikatakan kota pertama di Jawa Barat, yang memiliki sekolah inklusi. Sampai kini ada lima sekolah dasar yang dijadikan sebagai sekolah inklusi," kata Kepala Bidang Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Damhuri, di Kota Cimahi, Senin.
Kelima sekolah dasar iklusi di kota Cimahi tersebut ialah SD Pasir Kaliki Mandiri I, SD Cibabat Mandiri II, SD Sosial II, SD Cimahi Mandiri II dan SD Hikmah Teladan.
Menurut dia, ide awal pembentukan sekolah inklusi di kota Cimahi dimulai pada tahun 2006 dan direalisasikan pada tahun 2007 dengan bantuan kerjasama Depdiknas serta international development partners (IDP) Norwey.
Hingga kini, kata Damhuri, jumlah siswa inklusi di lima SD tersebut mencapai 133 orang dan dua orang telah dinyatakan lulus UASBN kemarin.
"Dari sejak didirikan hingga sekarang, jumlah siswa di sekolah inklusi terus bertambah. Hingga saat ini sudah tercatat sebanayk 133 orang siswa,' ujar Damhuri.
Dikatakannya, sekolah inklusi merupakan sekolah reguler yang menyatukan antara anak-anak dengan dan tanpa berkebutuhan khusus untuk mengikuti proses belajar mengajar bersama-sama.
Sistem belajar pada sekolah inklusi, kata Damhuri, tidak jauh berbeda dengan sekolah regular pada umumnya.
Ia menjelaskan, mereka (para siswa baik yang normal atau yang berkebutuhan khusus) berada dalam satu kelas yang idealnya dalam satu kelas terdiri dari satu hingga enam anak berkebutuhan khusus dengan dua guru dan satu terapis.
Mereka bertanggung jawab dibawah koordinasi guru untuk memberi perlakuan khusus kepada anak-anak berkebutuhan khusus, sehingga mereka dapat mengikuti pelajaran dengan baik.
"Yang membedakan hanya porsi belajar pada anak berkebutuhan khusus lebih kecil daripada yang normal. Hal ini tidak bertujuan untuk membatasi, melainkan kebutuhan untuk terapi," katanya.
Pihaknya berharap, dengan adanya sekolah inklusi tersebut, anak yang berkebutuhan "khusus" dapat bersosialisasi dengan anak normal. Begitupun sebaliknya, anak yang normal dapat menerima keberadaan anak-anak berkebutuhan khusus tersebut di sekolahnya.***3***
Adjat Sudrajat
(U.PK-ASJ/B/Y003/Y003) 23-11-2009 16:16:55