Jakarta (ANTARA) - Sehubungan dengan penundaan Olimpiade Tokyo 2020, Gubernur Tokyo Yuriko Koike menyebut bahwa ajang olahraga terakbar itu harus dilaksanakan tahun depan karena bisa menjadi simbol persatuan dunia dalam mengatasi virus corona.
Olimpiade 2020 seharusnya dimulai bulan ini, namun terpaksa ditunda selama satu tahun karena pandemi. Sikap Koike tersebut mendorong pada janjinya untuk memenangkan dukungan publik pada pelaksanaan Olimpiade, meskipun survei media menunjukkan mayoritas warga Tokyo mempertimbangkan penundaan lebih lama atau bahkan pembatalan.
"Saya ingin Tokyo menjadi tuan rumah sebagai simbol warga dunia yang bekerja sama mengatasi situasi sulit ini dan adanya ikatan yang kuat di antara umat manusia," kata Koike kepada Reuters, Senin.
Kendati optimistis, namun dia menolak untuk menentukan tenggat waktu untuk mengeluarkan keputusan bisa atau tidaknya Olimpiade Tokyo dilanjutkan.
"Saya ingin melindungi nyawa dan kesehatan masyarakat Tokyo dengan membahas kebijakan untuk menangani virus corona. Itu adalah misi terbesar saya," pungkas Koike.
Sebelumnya, pakar kesehatan Jepang memperingatkan potensi munculnya penambahan jumlah penderita COVID-19 jika acara tersebut tetap dilaksanakan.
Dengan sisa waktu hanya satu tahun dan belum adanya vaksin untuk mengatasi virus corona, dikhawatirkan hanya akan ada sedikit orang yang memiliki antibodi.
"Infeksi akan terjadi terus jika kita tetap bersikukuh melaksanakan olimpiade. Tidak ada keraguan tentang itu," kata Daiichi Morii, seorang dokter di tim pengendalian infeksi Rumah Sakit Universitas Osaka.
Keberhasilan Jepang dalam mengatasi virus adalah bagian dari alasannya. Sebuah survei pemerintah baru-baru ini menunjukkan hanya 0,1 persen penduduk Tokyo yang memiliki antibodi virus corona. Itu jauh lebih rendah dari 14 persen di negara bagian New York pada bulan April, dan tujuh persen di Stockholm.
Kondisi ini membuat ilmuwan dan ahli medis prihatin tentang prediksi keadaan di musim panas mendatang atau pada pelaksanaan olimpiade yang dijadwalkan ulang.
"Virus ini hampir tidak terkendali meskipun pemerintah menghentikan arus masuk orang dari luar negeri. Dengan pelaksanaan ajang seperti Olimpiade, virus pasti akan masuk dan jumlah infeksi akan meningkat tak terelakkan," Morii menambahkan.
Sebuah survei di Tokyo yang dilakukan harian Asahi Shinbun akhir bulan lalu menunjukkan bahwa 59 persen koresponden berharap Olimpiade harus dibatalkan atau ditunda lagi. Hal ini menekankan adanya kekhawatiran publik pada pandemi yang masih terjadi.
Baca juga: Setengah penduduk Tokyo tolak Olimpiade pada 2021
Baca juga: Dewan Olimpiade Tokyo munculkan opsi perpanjang penundaan