Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegro mengatakan Bio Farma yang merupakan badan usaha milik negara dan perusahaan biofarmasi Sinovac dari China bekerja sama untuk melakukan uji klinis vaksin COVID-19 di Indonesia.
"Biofarma dan Sinovac dari China sudah akan masuk tahap uji klinis (vaksin COVID) di Indonesia," kata Menristek dalam gelar wicara virtual di Jakarta, Selasa.
Ia menjelaskan vaksin COVID tersebut dibuat dari virus corona penyebab COVID-19 yang dilemahkan atau dimatikan.
PT Kalbe Farma Tbk dan perusahaan Genexine asal Korea Selatan juga akan melakukan uji klinis vaksin untuk COVID-19 di Indonesia yang direncanakan pada Juni 2020.
Menristek menjelaskan vaksin itu merupakan vaksin DNA yang akan diujicobakan ke manusia untuk mengetahui efektivitas dan keamanannya dalam mencegah virus corona penyebab COVID-19 menginfeksi.
Pada dua kerja sama uji klinis itu, katanya, transfer teknologi hanya akan terjadi saat di tahap produksi vaksin, dan tidak di tahap pengembangan vaksin karena kedua perusahaan telah membuat sendiri bibit vaksin berdasarkan virus yang beredar di negaranya.
Menristek menuturkan ada tiga pilihan terkait pengembangan dan produksi vaksin, yakni membuat dan memproduksi vaksin sendiri secara mandiri, mengembangkan dan memproduksi vaksin bersama dengan pihak luar, serta hanya memproduksi vaksin bersama dengan pihak luar.
Tiga opsi tersebut, kata Menristek, tetap mendapat perhatian dari pemerintah Indonesia untuk mempercepat diperolehnya vaksin COVID-19 yang ampuh untuk di Tanah Air.
"Kita juga ingin mencari vaksin yang lebih cepat, kita tidak ingin ketinggalan terus, nanti orang Indonesia kesulitan," ujar Bambang.
Sementara Indonesia sedang mengembangkan vaksin sendiri secara mandiri yang dipimpin oleh Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Vaksin yang dikembangkan itu berbasis protein rekombinan.
"Kami upayakan agar vaksin ini lebih cepat bisa diberikan ke masyarakat, tapi tidak meninggalkan kemandirian kita," ujar Bambang.
Menristek berharap bibit vaksin yang dikembangkan secara mandiri itu bisa diperoleh pada 2021.
"Kita tetap mengembangkan vaksin yang dari awalnya dikembangkan di Indonesia yang menggunakan platform protein rekombinan. Saat ini dalam tahap mengidentifikasi protein yang akan diujicobakan di virusnya," tutur Bambang.
Menristek mengemukakan, imunisasi masyarakat dengan menggunakan vaksin COVID-19 diharapkan bisa dilakukan pada 2021.
Bambang juga menuturkan pengembangan vaksin, baik dengan pengembangan mandiri dalam negeri maupun kerja sama dengan pihak luar, adalah untuk mendapatkan vaksin secara cepat, efektif dan mandiri.