New Delhi (ANTARA) - India mengonfirmasi kasus harian COVID-19 tertinggi dengan angka mencapai hampir 8.000, yaitu 7.964 kasus infeksi baru per Sabtu.
Keadaan itu memunculkan kemungkinan bahwa karantina wilayah, yang sedianya mulai dilonggarkan pada Minggu (31/5), akan diperpanjang.
Dengan pertambahan itu, kini jumlah kasus infeksi virus corona di India tercatat sebanyak 173.763 dengan 4.971 pasien meninggal dunia, menurut data Reuters. India berada di urutan ke-9 negara di dunia yang terbanyak mengalami kasus wabah tersebut.
Sementara rasio kematian rendah dibandingkan negara-negara lain yang terdampak wabah lebih berat, para ahli memperingatkan bahwa puncak pandemi belum terjadi, mengingat angka kasus baru juga terus bertambah tinggi dari hari ke hari.
Dalam sebuah surat terbuka yang menandai satu tahun jabatan di periode kedua, Perdana Menteri Narendra Modi meminta 1,3 miliar penduduk negaranya itu untuk mengikuti aturan karantina wilayah demi menghentikan penyebaran virus.
Ia mengatakan bahwa ada "perjuangan panjang" di depan untuk melawan pandemi.
"Negeri kita dilingkupi sejumlah permasalahan di tengah populasi yang sangat banyak dan sumber daya yang terbatas," kata Modi. Ia menambahkan bahwa kalangan buruh dan pekerja migran telah "mengalami penderitaan yang luar biasa" akibat pembatasan sosial.
Aktivis HAM dan pihak oposisi pemerintah mengkritik cara Modi dalam menangani pandemi, menuduhnya telah memutuskan pemberlakuan aturan karantina wilayah secara mendadak sehingga membuat masyarakat miskin tertinggal.
Langkah pemerintahan Modi juga memaksa ribuan orang untuk berjalan kaki dalam jarak yang sangat jauh atau berdesakan di bus dan kereta khusus untuk kembali ke kampung halaman mereka.
Lebih dari 100 pekerja migran meninggal dunia, entah karena kecelakaan atau kelaparan selama mereka dalam perjalanan pulang kampung, menurut pejabat Kementerian Dalam Negeri India.
Baca juga: Yurianto: Pasien yang sembuh dari COVID-19 bertambah 523
Sumber: Reuters