Purwakarta (ANTARA) - Anggota DPR RI Dedi Mulyadi menyarankan agar jam operasional pasar tradisional dan toko pakaian diperpanjang untuk menghindari desak-desakan warga yang membeli baju baru menjelang Lebaran, meski di tengah pandemi COVID-19.
"Bagi masyarakat tertentu, membeli baju Lebaran itu suatu hal yang istimewa. Jadi itu sulit dihindari," katanya, dalam sambungan telepon yang diterima di Karawang, Jumat.
Ia menyampaikan agar berbagai pihak bijak menyikapi fenomena kerumunan warga yang membeli baju baru di toko pakaian dan pasar tradisional menjelang lebaran, di tengah pandemi COVID-19 seperti saat ini.
Menurut dia, beli baju baru menjelang lebaran menjadi hal istimewa karena bisa jadi ada masyarakat tertentu yang hanya membeli baju baru saat menjelang Lebaran.
Baca juga: Toko sembako dan busana di Sukabumi diizinkan beroperasi saat PSBB
"Begitu juga mereka yang membeli daging sapi menjelang lebaran, ini juga merupakan peristiwa sakral bagi mereka. Jadi tak bisa dihindari," kata Dedi.
Legislator dari Partai Golkar ini meminta semua pihak bijaksana dalam menyikapi fenomena masyarakat yang tetap beli baju lebaran pada masa pandemi COVID-19.
Menurut dia, persoalan utama yang muncul adalah terjadinya antrean dan berdesakannya orang di pasar tradisional maupun toko pakaian. Apalagi sudah sebulan ini banyak toko pakaian tutup. Kondisi itu tentu rentan menyebabkan penyebaran virus corona.
Atas hal tersebut, katanya, perlu ada ikhtiar untuk mengatur jam operasional pasar tradisional dan toko pakaian, agar tidak terjadi antrean dan berdesakan.
"Sekarang ini kan jam operasional pasar tradisional dan toko pakaian dibatasi. Ini yang menyebabkan terjadinya penumpukan orang," kata dia.
Baca juga: Pemkot Bandung pasrah, kerumunan pasar masih terjadi
Karena itu sebaiknya jam operasional pasar dan toko pakaian diperpanjang, seperti dari pukul 05.00 sampai 21.00 WIB. Dengan begitu ada pilihan waktu bagi warga untuk berbelanja. Sehingga pasar tidak terlalu padat.
Ia juga menyarankan agar pemerintah mendekatkan barang kebutuhan warganya. Itu bisa dengan cara membuka penjualan daging sapi di setiap RW, sehingga warga tidak berbondong-bondong ke pasar. Tentunya dengan tetap mempraktikkan physical distancing.
"Syukur-syukur penjualan pakaian juga bisa didatangkan di setiap RW. Saya kira ini satu ikhtiar untuk mencegah terjadinya kerumunan di pasar dan toko pakaian," kata Dedi.
Baca juga: Pengunjung padati pusat perbelanjaan di Garut jelang Idul Fitri