Garut (ANTARA) - Sejumlah pedagang di Pasar Induk Ciawitali, Kabupaten Garut, Jawa Barat, mengeluhkan sepinya pembeli dampak darurat wabah COVID-19 ditambah kebijakan pemerintah memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang membatasi operasional pasar tradisional.
"Sebelum diberlakukan PSBB kondisi pembeli sudah sepi, seperti tiga hari sebelum puasa pembelinya sudah berkurang, terus sekarang lagi PSBB semakin berkurang," kata Undang salah seorang pedagang sayuran di Pasar Induk Ciawitali, Garut, Jumat.
Ia menuturkan, sejak darurat wabah COVID-19 kondisi pasar tradisional sudah sepi pembeli karena banyak masyarakat takut keluar rumah atau tidak mau pergi ke pasar.
Baca juga: Garut siap rapid test COVID-19 bagi 200 pedagang
Selain sepi pembeli, kata dia, aktivitas pasar semakin sepi dengan adanya kebijakan pembatasan operasional pasar selama diberlakukan PSBB.
"Apalagi operasional pasar dibatasi sampai jam 13.00," kata Undang.
Ia berharap, pemerintah dapat memberi toleransi bagi pedagang di pasar agar tidak ada batasan waktu berjualan karena khawatir barang seperti jenis sayuran menjadi busuk jika tidak terjual.
"Kalau sayuran tidak terjual takutnya jadi busuk," katanya.
Baca juga: Pemprov Jawa Barat luncurkan Pasar Digital
Ia menyampaikan, saat ini stok sayuran di pasar cukup aman, bahkan beberapa jenis sayuran harganya turun karena kurangnya pembeli.
Sedangkan harga untuk jenis produk lainnya, kata dia, masih tergolong stabil seperti bawang merah lokal di kisaran Rp26 ribu per kilogram, sebelumnya Rp20 ribu per kilogram.
"Kalau cabai harganya jatuh, seperti cabai inul sekarang Rp12 ribu sampai Rp13 ribu per kilogram, sebelumnya harga cabai inul Rp40 ribuan," katanya.
Baca juga: Kemendag apresiasi program pasar digital Pemprov Jawa Barat