Wuhan (ANTARA) - Peng Jing menahan tawa saat dia memandang mata tunangannya yang mengenakan tuksedo, Yao Bin, yang berusaha tidak menginjak gaun putih pernikahan.
"Senyum," teriak seorang fotografer yang mengambil foto mereka.
Pernikahan, ulang tahun, dan perayaan telah dibatalkan di seluruh dunia karena pandemi virus corona.
Namun, di Kota Wuhan, China, tempat virus itu pertama kali muncul, berbagai acara itu kembali berlanjut setelah pihak berwenang mengendurkan karantina ketat yang memisahkan keluarga, teman, dan kekasih selama lebih dari dua bulan.
Peng, resepsionis berusia 24 tahun dan Yao, pekerja bandara berusia 28 tahun, telah menanti untuk menikah dan melakukan persiapan pernikahan termasuk pemotretan, ketika epidemi tiba-tiba menunda rencana mereka.
"Kami seharusnya mendaftarkan pernikahan kami pada 20 Februari 2020," kata dia, merujuk pada waktu yang seharusnya menjadi salah satu tanggal pernikahan paling populer di negara itu berkat kejadian nomor "2" dan konotasinya dengan kupon.
Karantina yang diberlakukan di Wuhan pada 23 Januari 2020 menghentikan rencana itu, dan mengakibatkan biro pendaftaran pernikahan di seluruh China tutup di tengah upaya untuk mengekang penyebaran virus. Lebih dari 50 ribu orang telah terinfeksi di Wuhan dan 2.579 telah meninggal karena virus itu.
"Saya mengirimnya pulang dan keesokan harinya karantina itu terjadi," kata Yao, mengingat betapa mendadak peristiwa tersebut.
"Saya sangat tidak bahagia."
Sementara profesi Yao mengharuskannya untuk meninggalkan rumah untuk bekerja, pasangan itu menghindari bertemu satu sama lain, dan hanya berkomunikasi atau terkadang berdebat, melalui permainan atau aplikasi pesan singkat WeChat.
"Dia terus ingin mengirimi saya sesuatu untuk dimakan dan diminum karena karantina berarti bahwa kita tidak bisa keluar untuk membeli barang-barang, tetapi saya takut, seperti bagaimana jika dia tertular saat dalam perjalanan? Situasi sangat serius waktu itu," kata Peng.
Mereka hanya berhasil bertemu langsung pada akhir Maret, ketika kantor Peng dibuka kembali.
"Saya diliputi emosi," kata dia tentang pertemuan itu.
Pasangan itu mendaftarkan pernikahan mereka Sabtu lalu, beberapa hari setelah biro pendaftaran pernikahan kota kembali dibuka. Sekarang, Peng dan Yao tengah mempersiapkan pesta pernikahan tradisional mereka yang dijadwalkan pada Mei.
Baca juga: Kini, Wuhan tak lagi mencekam
Namun, acara itu akan berlangsung sederhana karena upaya pengendalian epidemi yang berkelanjutan di Wuhan berarti bahwa pertemuan besar masih dihindari dan hotel tidak menerima pemesanan.
Sebaliknya, mereka akan menyelenggarakan pesta pernikahan di rumah keluarga Yao.
"Tentu saja (epidemi) telah berdampak, tetapi tidak menghentikan kami berdua dan membuat kami menyerah," kata Yao.
"Tetapi tentu saja jika kondisinya memungkinkan, aku ingin memberikan yang terbaik padanya," ia melanjutkan.
Baca juga: RS Leishenshan Wuhan tutup usai pasien COVID-19 terakhir sembuh
Sumber: Reuters