Cianjur (ANTARA) - Satuan Tugas (Satgas) Pangan Cianjur, Jawa Barat, bentuk tim khusus untuk menyelidiki penyebab masih tingginya harga bawang putih di sejumlah pasar tradisional, meskipun tim belum menemukan adanya penimbunan yang diduga menjadi penyebab.
"Sejak harga bawang putih mahal, setiap harinya kami terjunkan tim ke pasar untuk menyelidiki penyebab kenaikan harga. Namun sampai saat ini adanya dugaan penimbunan sebagai peyebab belum terbukti," kata Ketua Satgas Pangan Cianjur, AKP Nikki Ramdhany di Cianjur Kamis.
Hasil penyelidikan dan pemantauan di sejumlah pasar tradisional di Cianjur, ditemukan indikasi kenaikan harga yang tidak wajar, namun faktor penyebab diduga karena minimnya stok dari tingkat agen ke pedagang.
"Kami akan selidiki apakah terkait larangan impor bawang putih yang dihentikan sementara atau ada unsur kesengajaan penimbunan untuk meraup keuntungan. Kami akan selidiki lebih dalam," katanya.
Pihaknya akan mengambil tindakan tegas jika ada penimbunan yang sengaja di lakukan agen atau pedagang untuk meraup keuntungan tinggi, sehingga meresahkan masyarakat sebagai pembeli.
"Kami akan tindak langsung agen atau pedagang yang sengaja menimbun barang dengan dalih penghentian sementara impor bawang putih yang berasal dari Tiongkok, agar mendapat untung besar," kata Niki yang juga Kasatreskrim Polres Cianjur.
Sementara Lusy (27) pedagang sayur mayur di Pasar Muka-Ramayana, Cianjur, mengatakan stok di tingkat agen hingga saat ini masih melimpah, namun harga tebus terus meningkat, sehingga berdampak terhadap harga eceran bawang putih di pasaran.
"Sampai hari ini, harga beli ke agen masih tinggi. Sehingga harga di pasaran masih berkisar antara Rp60.000 sampai Rp.70.000 per kilogram. Kami juga tidak tahu apa penyebab sebenarnya karena stok di agen cukup banyak," katanya.
Dia berharap harga bawang putih kembali turun sampai Rp27.000 per kilogram karena sejak harga bawang putih meroket tingkat penjualan menurun hingga 50 persen yang biasa menjual 20 kilogram perhari.