Bandung (ANTARA) - Forum Perkumpulan dan Komunikasi Ormas Islam (FPKOI) Jawa Barat mengkritis sikap Ketua DPD Partai Golkar Jawa Barat yang mengambil sumpah pengurus Golkar Jabar untuk mendukung Airlangga Hartarto sebagai Ketum Partai Golkar 2019-2024.
"Kalau melihat video yang ada di media sosial, sumpah pengurus Golkar untuk mendukung Airlangga itu diucapkan di bawah kitab suci (Al-Quran). Kok dijadikan alat jaminan sumpah dukung mendukung," kata Ketua FPKOI Jawa Barat Hardi Prabowo di Bandung, Rabu.
Dia mengatakan, apa yang dilakukan Dedi dalam pengambilan sumpah itu terlalu berlebih karena Al Quran sebagai pedoman muslim yang memiliki nilai luhur dijadikan alat penjamin sumpah untuk kepentingan sesaat.
Terlebih, kata dia, dalam pengambilan sumpah itu terucap kata laknat yang sejatinya bukan kewenangan manusia.
"Sejatinya laknat itu urusan Allah. Jadi kenapa bahasa sakral dalam agama dijadikan poin sanksi untuk kepentingan pendukungan pencalonan," katanya.
Oleh karena itu, pihaknya meminta kepada Dedi Mulyadi dan Airlangga Hartarto untuk meminta maaf atas pengambilan sumpah tersebut.
Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Agus Soiman menegaskan, pihaknya meminta kepada Dedi Multadi agar meminta maaf kepada publik dan kata laknat yang diucapkan saat pengambilan sumpah tersebut ditarik.
"Kami tidak akan pernah peduli terhadap apa yang menjadi dinamika politik di internal partai manapun. Tapi manakala Islam yang menjadi agama kami dilecehkan, dipolitisir, atas nama jihad apapun akan kami lawan. Jangan biarkan agama jadi alat pembenar dalam politik yang akhirnya berpotensi menjadi benih-benih perpecahan bagi umat Islam," kata dia.
Sebelumnya, beredar video pengambilan sumpah yang dilakukan Dedi Mulyadi terhadap ketua DPD Golkar kabupaten/kota di Jawa Barat.
Mereka diambil sumpahnya agar memilih Airlangga Hartarto untuk menjadi ketua umum pada Musyawarah Nasional Partai Golkar yang akan digelar akhir tahun ini.
Ormas kritik Dedi Mulyadi terkait sumpah pengurus Golkar
Rabu, 4 September 2019 16:31 WIB