Jakarta (ANTARA) - Carlos Alcaraz bangkit dari keterpurukannya di tengah pertandingan, Rabu (28/5) waktu Paris, tempat ia mengalahkan Fabian Marozsan 6-1, 4-6, 6-1, 6-2 untuk mencatat kemenangannya yang ke-20 di Roland Garros.
"Itu pertandingan yang hebat. Saya bermain bagus di set pertama. Saya sangat percaya diri. Di set kedua, ia mulai bermain jauh lebih baik, sangat agresif, dan tidak kehilangan peluang sama sekali," kata Alcaraz seusai pertandingan selama dua jam sembilan menit, dikutip dari ATP, Kamis.
"Agak sulit menghadapi permainannya di set kedua, tetapi saya senang bisa tetap kuat dan menyegarkan diri di set ketiga. Saya mulai bermain lebih baik dan lebih baik lagi. Saya bermain sangat bagus di dua set terakhir."
Juara bertahan itu kalah dari Marozsan di ajang ATP Masters 1000 di Roma dua tahun lalu dan sempat dibuat kesal oleh pukulan drop shot cekatan pemain Hungaria itu.
Namun, dengan tanda bahaya mulai berbunyi setelah kalah di set kedua, Alcaraz dengan cepat menepis kekhawatiran itu dengan penampilan dominan di set ketiga dan keempat.
Alcaraz meningkatkan agresivitasnya dan menghasilkan sejumlah pukulan passing untuk menjadi petenis pertama yang lahir di tahun 2000-an yang meraih 20 kemenangan pertandingan di Roland Garros.
Petenis peringkat 2 dunia itu berambisi menjadi petenis pertama yang berhasil mempertahankan gelar di Paris sejak Rafael Nadal pada 2019-20. Ia selanjutnya akan melawan petenis Damir Dzumhur.
Alcaraz kini memiliki catatan menang kalah 29-2 di lapangan tanah liat sejak Mei lalu, yang ditandai dengan gelar pertamanya di Roland Garros dan keberhasilannya meraih medali perak di Olimpiade Paris 2024.
Petenis Spanyol itu telah memenangi gelar ATP Masters 1000 di lapangan tenis pada 2025 di Monte-Carlos dan Roma, di mana ia mengalahkan petenis nomor satu dunia Jannik Sinner di final dan unggul 7-4 dalam persaingan ketat head to head mereka.
Alcaraz terpaksa mengundurkan diri dari Masters 1000 di Madrid karena cedera otot adduktor, dan mengenakan penyangga di lututnya selama perebutan gelar di Roma. Namun, ia bergerak bebas dalam dua pertandingan pembukaannya di Paris, di mana ia bermain tanpa pengikat lutut.