Bandung (ANTARA) - Sate Jando menjadi kuliner yang tidak tergantikan bagi beberapa penggemar kuliner Kota Bandung. Meski harus rela mengantre panjang bukan jadi halangan bagi para pecinta kuliner karena demi menikmati menu Sate Jando ini.
"Karena enak rasanya dan sekalian lewat kawasan sini, maka biasa beli. Tapi karena aku males ngantre jadi kadang suka minta diantrekan ke tukang parkir karena udah kenal. Yang aku suka beli sate campur jadi ada jandonya ada daging sapinya juga," kata pelanggan Sate Jando, Jilan Dwina, di Bandung, Selasa.
Kuliner yang awalnya dijual keliling sejak tahun 1970-an, kini berlokasi di kawasan belakang ikon Gedung Sate Kota Bandung di jalan Cimandiri.
"Dari pertama jualan itu keliling sampai akhirnya berjualan di sini. Sate ini sebenarnya namanya Sate Gendong Bu Ayu," kata Iwan Nurhadi (27) karyawan Sate Jando.
Sate Jando utamanya menu sate yang diolah dari bagian kelenjar payudara dari sapi. Meski demikian di Sate Jando ini juga dijajakan sate daging sapi dan daging ayam.
Harga per sepuluh tusuk sate dengan lontongnya, atau satu porsi sebesar Rp25.000, sementara jika tidak memakai lontong Rp23.000.
Sate jando ini terkenal karena tekstur bumbu sate yang sangat berbeda yag lebih kental dari pada bumbu sate yang lainnya.
Sri Rezeki (60) menuturkan bahwa ibunya yang dahulu berjualan keliling Bandung dari gang ke gang, dan kini sudah berjualan di trotoar Jalan Cimandiri sudah 15 tahun silam.
Buka setiap hari mulai 08.00 hingga 21.00 WIB, dan setiap harinya bisa menghabiskan kurang lebih 4.000 hinga 5.000 tusuk sate.