Sukabumi (Antaranews Jabar) - Universitas Parahyangan (Unpar) berhasil meraih juara I, sedang Universitas Indonesia mendapat juara II dalam kompetisi Peradilan Semu Hukum Humaniter Internasional antaruniversitas jurusan Fakultas Hukum yang diikuti oleh 26 universitas di Indonesia.
"Yang menjadi finalis dalam kompetisi ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum dari Universitas Parahyangan Bandung dan UI. Dari hasil penilaian yang kami lakukan ini Unpar menjadi juara pertama dan UI menjadi juara II dengan selisih nilai yang sangat tipis," kata Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste Alexandre Faite melalui sambungan telepon, Senin.
Menurutnya, kompetisi ini bukan untuk mencari yang terbaik tetapi bagaimana mahasiswa yang mengambil jurusan hukum bisa memahami dan mengetahui apa itu Hukum Humaniter Internasional (HHI).
Lanjut dia, kompetisi ini penting untuk mendukung peran Indonesia yang kian signifikan di bidang HHI di level internasional. Di sini, para mahasiswa dapat mengasah kemampuan mereka dalam melakukan riset, membuat tulisan, dan melakukan advokasi hukum tentang berbagai dampak kemanusiaan dari konflik bersenjata atau situasi-situasi kekerasan lainnya.
Ia pun percaya pengetahuan dan pelatihan terkait HHI menjadi alat yang bermanfaat untuk mengasah logika hukum para peserta yang suatu saat nanti mungkin dipanggil untuk menjadi pengambil keputusan dalam berbagai kapasitasnya.
"Ketika itu terjadi, mereka dapat membawa Indonesia atau bahkan dunia ke arah yang lebih sejahtera, bermartabat dan berperikemanusiaan," tambahnya.
Baca juga: Kompetisi Hukum Humaniter Internasional diikuti 24 universitas
Mahasiswa yang mengikuti kompetisi ini selain harus fasih berbahasa Inggris juga memiliki pengetahuan memadai tentang hukum internasional secara umum, namun secara khusus salah satu cabangnya yaitu HHI.
HHI adalah hukum yang berlaku pada saat konflik bersenjata, sehingga sering pula disebut sebagai hukum perang atau hukum konflik bersenjata. Kompetisi ini menggunakan sebuah kasus imajiner yang disusun oleh tim penasihat hukum ICRC.
Sementara, Dekan Fakultas Hukum Unpar Tristam Pascal Moeliono mengatakan untuk tahun ini Unpar menjadi tuan rumah kompetisi yang dilakukan setiap tahun dan ini merupakan tahun ke 13. "Kegiatan kompetisi semacam kemenangan bukan segala-galanya, tetapi harus dipandang sebagai ajang kompetisi untuk menyebarkan pengetahuan tentang HHI," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018
"Yang menjadi finalis dalam kompetisi ini adalah mahasiswa Fakultas Hukum dari Universitas Parahyangan Bandung dan UI. Dari hasil penilaian yang kami lakukan ini Unpar menjadi juara pertama dan UI menjadi juara II dengan selisih nilai yang sangat tipis," kata Kepala Delegasi Regional ICRC untuk Indonesia dan Timor-Leste Alexandre Faite melalui sambungan telepon, Senin.
Menurutnya, kompetisi ini bukan untuk mencari yang terbaik tetapi bagaimana mahasiswa yang mengambil jurusan hukum bisa memahami dan mengetahui apa itu Hukum Humaniter Internasional (HHI).
Lanjut dia, kompetisi ini penting untuk mendukung peran Indonesia yang kian signifikan di bidang HHI di level internasional. Di sini, para mahasiswa dapat mengasah kemampuan mereka dalam melakukan riset, membuat tulisan, dan melakukan advokasi hukum tentang berbagai dampak kemanusiaan dari konflik bersenjata atau situasi-situasi kekerasan lainnya.
Ia pun percaya pengetahuan dan pelatihan terkait HHI menjadi alat yang bermanfaat untuk mengasah logika hukum para peserta yang suatu saat nanti mungkin dipanggil untuk menjadi pengambil keputusan dalam berbagai kapasitasnya.
"Ketika itu terjadi, mereka dapat membawa Indonesia atau bahkan dunia ke arah yang lebih sejahtera, bermartabat dan berperikemanusiaan," tambahnya.
Baca juga: Kompetisi Hukum Humaniter Internasional diikuti 24 universitas
Mahasiswa yang mengikuti kompetisi ini selain harus fasih berbahasa Inggris juga memiliki pengetahuan memadai tentang hukum internasional secara umum, namun secara khusus salah satu cabangnya yaitu HHI.
HHI adalah hukum yang berlaku pada saat konflik bersenjata, sehingga sering pula disebut sebagai hukum perang atau hukum konflik bersenjata. Kompetisi ini menggunakan sebuah kasus imajiner yang disusun oleh tim penasihat hukum ICRC.
Sementara, Dekan Fakultas Hukum Unpar Tristam Pascal Moeliono mengatakan untuk tahun ini Unpar menjadi tuan rumah kompetisi yang dilakukan setiap tahun dan ini merupakan tahun ke 13. "Kegiatan kompetisi semacam kemenangan bukan segala-galanya, tetapi harus dipandang sebagai ajang kompetisi untuk menyebarkan pengetahuan tentang HHI," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018