Cianjur (Antaranews Jabar) - Berkurangnya debit air Waduk Jangari di Kecamatan Mande, Cianjur, Jawa Barat, menyebabkan turunnya angka kunjungan wisatawan ke kawasan wisata bernuansa air itu.

Bahkan berkurangnya debit air tersebut dapat menyebabkan kematian masal ikan yang di budidayakan ribuan petani jaring terapung yang tersebar di sepanjang waduk.

Wakil Ketua Kelompok Penggerak Pariwisata (Kompepar) Jangari, Hendrawan di Cianjur, Selasa, mengatakan debit air Jangari, mengalami penurunan hingga 20 meter seiring datangnya kemarau.

"Sangat berdampak mulai dari angka kunjungan wisatawan sampai petani budidaya ikan yang banyak tersebar di Waduk Jangari resah dengan surutnya air akibat kemarau," tambahnya.

Seiring berkurangnya debit air menyebabkan angka kunjungan terutama wisatawan Timur Tengah, menurun tajam karena kualitas air waduk menjadi kotor dan bau sampah menyengat.

"Kondisi ini tentunya tidak membuat nyaman wisatawan yang datang dan harus segera diatasi serta dicari solusinya karena setiap tahun selalu seperti ini," lanjutnya.

Pihaknya berharap solusi dari menurunnya debit air, tetap dapat meningkatkan angka kunjungan dengan cara membangun sarana dan prasarana penunjang agar wisatawan tetap datang. 

"Sudah pasti pelaku usaha terutama pemilik perahu sangat mengeluh dengan kondisi seperti ini. Mereka berharap ada solusi yang manarik angka kunjungan wisatawan tetap tinggi," katanya.

Sedangkan dampak luasnya berpotensi matinya jutaan ikan di waduk Jangari seperti tahun-tahun sebelumnya. Ikan yang dibudidayakan berpotensi kena virus dan mabuk karena kekurangan oksigen atau upwelling," jelasnya.

Upwelling menjadi momok menakutkan bagi pembudi daya ikan di jaring terapung Jangari yang terjadi karena perubahan cuaca dari kemarau ke musim hujan atau sebaliknya.

Perubahan cuaca mengakibatkan limbah pakan di dasar air bermunculan ke atas, sehingga menyebabkan ikan keracunan karena kekurangan oksigen.

Selama ini, potensi perikanan di keramba jaring apung Jangari cukup tinggi diminati dengan hasil produksi mencapai 80 ton dan maksimal 100 ton lebih.

Pewarta: Ahmad Fikri

Editor : Isyati Putri


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Barat 2018